Senin, 19 Maret 2018

Cerpen: Surat Dari Surga



Ceritanya dulu waktu kelas 3 MA IPA, aku sempat dapat tugas pelajaran bahasa buat bikin cerpen. waktu itu aku dapat satu SMS  kajian yang membahas tentang "aborsi", lalu terpikirlahh aku untuk membuat cerpen ini, maklumin ya kalau bahasanya masih acak-adul (gak karu-karuan), maklum masih buatan anak MA, hehehehe...



Surat dari Surga
Cahya Tunshorin
XII IPA

Wajah Ema terlihat pucat, ia berdiri gemetar di depan sebuah rumah kecil yang dibatasi pagar disekelilingnya, ia melangkah gontai memasuki rumah itu yang tak lain adalah rumahnya,  mulutnya tak dapat mengucap salam saat ia memasuki pintu rumahnya, tangannya mencengkram erat baju sekolahnya. Tanpa berkata satu katapun Ema segera memasuki kamarnya dan mengunci rapat pintu kamarnya.
“Ema.. kau sudah pulang nak,, ?” terdengar sang bunda bertanya pada Ema dari balik pintu. Ema hanya diam, mendengar suara lembut bundanya membuat tetes demi tetes air matanya tumpah perlahan,  “Ema..” kembali sang Bunda memanggil namanya.
“iyah bun, Ema sudah pulang” jawab Ema pelan.
“kalau begitu setelah ganti baju, kamu makan ya Em..” terdengar lagi suara bunda yang semakin membuat air matanya lomba berjatuhan.
Ema terduduk di lantai kamarnya, hatinya kacau, pikirannya bimbang, jiwanya terkoyak, rasanya seperti organ-organ tubuhnya tengah berteriak kesakitan. “apa yang aku lakukan..?” desis Ema pelan, gadis berusia 17 tahun itupun mengingat semua hal yang telah terjadi padanya. Di mulai dari saat ia mengenal sosok pria bermata sipit dari situs jejaring facebook yang sedang marak dikalangan remaja, saat mereka saling bertukar nomor handphone, dan saat sosok itu mengajaknya bertemu. Ema masih menangis ketika ia mengingat betapa saat itu Ema begitu terpikat dan mencintai pria bernama Roy tersebut.
Roy sosok pria yang benar-benar mengisi hari-hari Ema. Ema lupa akan dirinya, bahkan lupa akan setiap tetes peluh yang keluar dari pori-pori kulit kedua orangtuanya, ayah dan bundanya yang menggantungkan harapan pada Ema sebagai anak tunggal. Ema lupa akan semuanya tatkala ia bersama pria itu. Ema memberikan seluruh yang ia punya pada Roy. Hanya dengan mengandalkan janji-janji yang keluar dari mulut Roy, Ema rela memberikan miliknya yang paling berharga untuk Roy.
Mengingat akan peristiwa itu Ema semakin terpukul, saat ia telah memberikan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya, saat Ema telah memberikan kehormatannya pada pria itu, dan saat Ema telah diberi tanggungan beban oleh Tuhan berupa gumpalan darah dalam rahimnya. Pria itu dengan mulut manisnya membawa Ema ke sebuah rumah kecil, disanalah gumpalan darah tersebut di cabik-cabik dalam perutnya dan dibuang sia-sia. Sakit yang dirasa Ema saat ia harus Aborsi dibalas dengan senyuman kepuasan Roy. Air mata yang diberikan Ema pada Roy berharap Roy mau bertanggung jawab akan semua perbuatannya hanya terdengar bagai silir angin ditelinga Roy. Roy yang terlihat tanpa dosa meninggalkan Ema dan berkata pelan pada Ema “trimakasih kau rela menggugurkan anak itu Ema, kurasa sekarang saatnya aku pergi. kau pasti tersiksa bersama denganku, kuharap kau akan bahagia menjalani hidupmu berikutnya..” . Kata-kata itu mengiang ditelinga Ema. Ema tak dapat menanggung semua rasa bersalahnya. Ia telah melakukan dosa besar dengan memberikan kehormatannya pada Roy, dan sekali lagi ia melakukan dosa besar dengan membunuh bakal bayinya. “apa yang harus aku lakukan..?”
Ema merasa dirinya tak berharga lagi, ia malu pada Tuhan yang telah memberinya kesempatan untuk hidup dibumi-Nya namun ia telah ingkar pada semua perintah-Nya. Ema tak kuasa menahan dirinya, ia pun berlari menuju kamar bundanya, terlihat ayah dan bundanya baru usai melaksanakan sholat isya’. Ema pun segera menenggelamkan wajahnya dalam pangkuan bundanya.
“ada apa Ema.?” Tanya bundanya pelan seraya mengelus rambut Ema.
“maafkan Ema bun.” Kata Ema dengan isak tangis.
“ada apa nak..?” Tanya bundanya sekali lagi
“ceritakan apa yang membuatmu menangis pada kami..” pinta ayahnya.
Dengan bibir gemetar dan wajah pucat Ema mengangkat pelan wajahnya dan dengan isak tangis yang sangat, perlahan Ema bercerita pada kedua orang tuanya. Dapat terdengar suara tangis dari rumah kecil Ema. Ayah, bunda.. mereka menangis seketika mendengar penuturan Ema. Tak dapat mulut mereka mengucap sepatah katapun, rasanya sangat berat mendengar anak semata wayangnya telah sejauh itu dalam bertindak. Ema kembali menenggelamkan wajahnya dalam pangkuan sang bunda. “maafkan Ema,, maafkan Ema..” hanya itu yang terdengar disela isak tangis Ema. Terasa percikan air mata sang bunda terjatuh ke ubun-ubun Ema. Perlahan Ema terlelap dalam tangisnya, terlelap dalam pangkuan bundanya.
Dalam lelapnya Ema merasa berada dalam padang pasir yang tak ada siapapun disitu kecuali dirinya dan sosok kecil berbaju putih yang berdiri dengan senyuman didekatnya. Ema bertanya pada sosok itu, “siapa kau anak kecil..?”. Sosok kecil itupun tersenyum padanya dan memberikannya selembar surat.  “apa ini..?” Tanya Ema pada sosok kecil itu. Kali inipun sosok kecil itu hanya tersenyum dan kemudian berlari meninggalkan Ema. berlari sangat jauh hingga Ema tak dapat lagi melihatnya. Ema pun membuka lembaran kertas itu, berjejer huruf tertulis dilembaran itu. Ema membacanya perlahan.
----
Teruntuk Bundaku sayang,
Assalamualaikum..
Bunda, bagaimana kabar bunda..? semoga bunda baik-baik saja. Nanda disini juga baik-baik saja bun, Disini Allah sangat baik pada nanda. Allah juga yang menyuruh nanda menulis surat ini untuk bunda sebagai bukti cinta nanda ke bunda. Bunda, ingin sekali nanda menyapa perempuan yang telah rela memberikan rahimnya utntuk nanda diami walaupun hanya sesaat. Bunda, sebenarnya nanda ingin lebih lama lagi berada dirahim bunda, ruang yang kata Allah paling kokoh dan paling aman didunia. Tapi rupanya bunda tidak menginginkan kehadiran nanda, jadi sebagai anak yang baik nandapun rela menukarkan kehidupan nanda untuk kebahagiaan bunda. Bun, andai bunda tahu bahwa saat bunda meluruhkan nanda, rasanya sakit banget bun, badan nanda rasanya seperti tercabik-cabik dan keluar sebagai gumpalan darah yang menjijikan, apalagi hati nanda bun, rasanya nyeri dan amat sakit. Nanda merasa seperti aib yang tidak dihargai dan tidak diinginkan. Tapi nanda tidak kecewa dengan tindakan bunda. Bunda telah mengantarkan nanda untuk bertemu dan dijaga oleh Allah, bahkan nanda dirawat dengan penuh kasih sayang di dalam surganya. Bunda, nanda mau cerita nih,, Nanda pernah menangis dan bertanya pada Allah mengapa bunda meluruhkan nanda saat nanda masih berupa wujud yang belum sempurna dan kenapa bunda merelakan nanda berada di surga tanpa kehadiran bunda.. ??? apa bunda tidak sayang pada nanda..?? apa bunda tidak ingin mencium kening dan pipi nanda..?? atau bunda takut nanda rewel dan ngompol..??
lalu Allah menjawab pertanyaan nanda “bunda kamu malu sayang..”
Kenapa bunda malu..?.
Allah menjawab “dia takut kamu terlahir sebagai anak haram..”
Anak haram itu apa Ya Allah..??
Allah menjawab “anak yang dilahirkan tanpa Ayah”
Nanda bingung bun, dan nanda bertanya lagi, bukannya semua anak itu punya ayah dan ibu kecuali Adam dan Isa ..??
Allah menjawab “Ayah dan Bundamu memproses kamu bukan dalam ikatan pernikahan yang syah”
Nanda tambah bingung bun, tapi nanda akhirnya memutuskan untuk diam. Bunda, nanda malu bertanya terus-terusan sama Allah. Walaupun Allah menjawab semua pertanyaan nanda, tapi nanda pengennya nanya langsung ke bunda. Pernikahan itu apa bun..? kenapa bunda tidak menikah dengan ayah..? mengapa bunda membuat nanda menjadi anak haram..? mengapa bunda mengusir nanda dari rahim bunda..??kenapa tidak memberi kesempatan untuk nanda hidup dan berbakti pada bunda..?? Pertanyaan nanda ke bunda buanyyakk bun,, tapi nanda tanyakan kalau kita ketemu aja ya bun. Oh ya bun, nanda juga diajak malaikat jalan-jalan ketempat yang katanya bernama neraka. Tempatnya sangat menyeramkan bun, sangat jauh berbeda dengan tempat tinggal nanda disurga. Di situ banyak orang dibakar pakai api. Minumnya dari nana dan makannya buah-buahan yang aneh, banyak durinya. Bun, ada juga perempuan yang ditusuk-tusuk. Serem banget bun, Tiba-tiba malaikat bilang ke nanda kalau nanti bunda dan ayah akan dimasukkan ke tempat itu kalau bunda dan ayah tidak bertaubat. Nanda langsung menangis bun mendengar itu, nanda berteriak-teriak meminta agar bunda dan ayah tidak dimasukkan ketempat itu. Nanda sayang bunda, nanda kangen bunda, nanda ingin merasakan lembutnya belaian bunda, nanda ingin tinggal selamanya disurga bersama bunda. Malaikatpun berkata lembut pada nanda, kalau nanda ingin bunda dan ayah selamat, Allah menyuruh nanda untuk menulis surat kepada bunda dan menyuruh bunda dan ayah untuk bertaubat. Allah baik kan bun..? dia mau memberi kesempatan bunda dan ayah untuk bertaubat. Bunda bertaubat ya… ajak ayah juga biar nanti bisa berkumpul disini. Nanti nanda jemput bunda dan ayah dipadang masyar, nanda janji nanti nanda akan bawain bunda dan ayah minum dan pauing, soalnya kata Allah disana sangat panas dan orang-orang akan kehausan bun. Antriannya nanti juga panjang bun, orang-orang sejak zaman Nabi Adam akan berkumpul disitu bun. Asalkan bunda dan ayah mau bertaubat, kita pasti bisa ngumpul lagi bun. Bunda beri nanda kesempatan agar nanda bisa berbakti sama bunda disurga ya.. jadi bunda bertaubat ya.. Nanda juga meminta pada bunda agar apa yang nanda alami tidak dialami oleh adik-adik nanda. Nanda sangat sayang sama bunda. Sudah dulu ya bun, nanda mau main-main dulu disurga. Nanda tunggu kedatangan bunda dan ayah. Nanda sayang bunda.. mmuuuaaccchhhhh..
Wassalam..
_______
Tersentak Ema terbangun dari lelapnya dan segera memeluk erat tubuh bundanya.  “Ema bersalah bun, Ema bertaubat… astaghfirullahaladzim…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar