Ceritanya dulu waktu kelas 3 MA IPA, aku sempat dapat tugas pelajaran bahasa buat bikin cerpen. waktu itu aku dapat satu SMS kajian yang membahas tentang "aborsi", lalu terpikirlahh aku untuk membuat cerpen ini, maklumin ya kalau bahasanya masih acak-adul (gak karu-karuan), maklum masih buatan anak MA, hehehehe...
Surat dari
Surga
Cahya
Tunshorin
XII IPA
Wajah Ema terlihat pucat, ia berdiri gemetar di depan sebuah rumah kecil yang
dibatasi pagar disekelilingnya, ia melangkah gontai memasuki rumah itu yang tak
lain adalah rumahnya, mulutnya tak dapat
mengucap salam saat ia memasuki pintu rumahnya, tangannya mencengkram erat baju
sekolahnya. Tanpa berkata satu katapun Ema
segera memasuki kamarnya dan mengunci rapat pintu kamarnya.
“Ema.. kau sudah pulang nak,, ?” terdengar sang bunda bertanya
pada Ema dari balik pintu. Ema hanya diam, mendengar suara lembut
bundanya membuat tetes demi tetes air matanya tumpah perlahan, “Ema..”
kembali sang Bunda memanggil namanya.
“iyah
bun, Ema sudah pulang” jawab Ema pelan.
“kalau
begitu setelah ganti baju, kamu makan ya Em..” terdengar lagi suara bunda yang
semakin membuat air matanya lomba berjatuhan.
Ema terduduk di lantai kamarnya, hatinya kacau, pikirannya bimbang, jiwanya
terkoyak, rasanya seperti organ-organ tubuhnya tengah berteriak kesakitan. “apa yang aku lakukan..?” desis Ema pelan, gadis
berusia 17 tahun itupun mengingat semua hal yang telah terjadi padanya. Di
mulai dari saat ia mengenal sosok pria bermata sipit dari situs jejaring
facebook yang sedang marak dikalangan remaja, saat mereka saling bertukar nomor handphone, dan saat sosok itu mengajaknya
bertemu. Ema masih menangis ketika ia mengingat betapa saat itu Ema begitu
terpikat dan mencintai pria bernama Roy tersebut.
Roy sosok pria yang benar-benar mengisi hari-hari Ema. Ema lupa akan dirinya, bahkan lupa akan setiap
tetes peluh yang keluar dari pori-pori kulit kedua orangtuanya, ayah dan
bundanya yang menggantungkan harapan pada Ema sebagai anak tunggal. Ema lupa
akan semuanya tatkala ia bersama pria itu. Ema memberikan seluruh yang ia punya
pada Roy. Hanya dengan mengandalkan janji-janji yang keluar dari mulut Roy, Ema
rela memberikan miliknya yang paling berharga untuk Roy.
Mengingat
akan peristiwa itu Ema semakin terpukul, saat ia telah memberikan sesuatu yang
paling berharga dalam hidupnya, saat Ema telah memberikan kehormatannya pada
pria itu, dan saat Ema telah diberi tanggungan beban oleh Tuhan berupa gumpalan
darah dalam rahimnya. Pria itu dengan mulut manisnya membawa Ema ke sebuah
rumah kecil, disanalah gumpalan darah tersebut di cabik-cabik dalam perutnya
dan dibuang sia-sia. Sakit yang dirasa Ema saat ia harus Aborsi dibalas dengan
senyuman kepuasan Roy. Air mata yang diberikan Ema pada Roy berharap Roy mau
bertanggung jawab akan semua perbuatannya hanya terdengar bagai silir angin
ditelinga Roy. Roy yang terlihat tanpa dosa meninggalkan Ema dan berkata pelan
pada Ema “trimakasih kau rela menggugurkan anak itu Ema, kurasa sekarang
saatnya aku pergi. kau pasti tersiksa bersama
denganku, kuharap kau akan bahagia menjalani hidupmu berikutnya..” . Kata-kata itu mengiang ditelinga Ema. Ema tak
dapat menanggung semua rasa bersalahnya. Ia telah melakukan dosa besar dengan
memberikan kehormatannya pada Roy, dan sekali lagi ia melakukan dosa besar
dengan membunuh bakal bayinya. “apa yang harus aku lakukan..?”
Ema
merasa dirinya tak berharga lagi, ia malu pada Tuhan yang telah memberinya
kesempatan untuk hidup dibumi-Nya namun ia telah ingkar pada
semua perintah-Nya. Ema tak kuasa menahan dirinya, ia pun
berlari menuju kamar bundanya, terlihat ayah dan bundanya baru usai
melaksanakan sholat isya’. Ema pun segera menenggelamkan wajahnya dalam
pangkuan bundanya.
“ada
apa Ema.?” Tanya bundanya pelan seraya mengelus rambut Ema.
“maafkan
Ema bun.” Kata Ema dengan isak tangis.
“ada
apa nak..?” Tanya bundanya sekali lagi
“ceritakan
apa yang membuatmu menangis pada kami..” pinta ayahnya.
Dengan bibir gemetar dan wajah pucat Ema mengangkat pelan wajahnya dan
dengan isak tangis yang sangat, perlahan Ema bercerita pada kedua orang tuanya. Dapat terdengar suara
tangis dari rumah kecil Ema. Ayah,
bunda.. mereka menangis seketika mendengar penuturan Ema. Tak dapat mulut
mereka mengucap sepatah katapun, rasanya sangat berat mendengar anak semata
wayangnya telah sejauh itu dalam bertindak. Ema kembali menenggelamkan wajahnya
dalam pangkuan sang bunda. “maafkan Ema,, maafkan Ema..”
hanya itu yang terdengar disela isak tangis Ema. Terasa percikan air mata sang
bunda terjatuh ke ubun-ubun Ema. Perlahan Ema terlelap dalam tangisnya,
terlelap dalam pangkuan bundanya.
Dalam
lelapnya Ema merasa berada dalam padang pasir yang tak ada siapapun disitu
kecuali dirinya dan sosok kecil berbaju putih yang berdiri dengan senyuman
didekatnya. Ema bertanya pada sosok itu,
“siapa kau anak kecil..?”. Sosok kecil itupun tersenyum
padanya dan memberikannya selembar surat. “apa
ini..?” Tanya Ema pada sosok kecil itu. Kali inipun sosok kecil
itu hanya tersenyum dan kemudian berlari meninggalkan Ema. berlari sangat jauh
hingga Ema tak dapat lagi melihatnya. Ema pun
membuka lembaran kertas itu, berjejer huruf tertulis dilembaran itu. Ema
membacanya perlahan.
----
Teruntuk Bundaku sayang,
Assalamualaikum..
Bunda, bagaimana kabar bunda..?
semoga bunda baik-baik saja. Nanda disini juga baik-baik saja bun, Disini Allah
sangat baik pada nanda. Allah juga yang menyuruh nanda menulis surat ini untuk
bunda sebagai bukti cinta nanda ke bunda. Bunda, ingin sekali
nanda menyapa perempuan yang telah rela memberikan rahimnya utntuk nanda diami
walaupun hanya sesaat. Bunda, sebenarnya nanda ingin lebih lama lagi berada dirahim bunda, ruang
yang kata Allah paling kokoh dan paling aman didunia. Tapi rupanya bunda tidak menginginkan
kehadiran nanda, jadi sebagai anak yang baik nandapun rela menukarkan kehidupan
nanda untuk kebahagiaan bunda. Bun, andai
bunda tahu bahwa saat bunda meluruhkan nanda, rasanya sakit banget bun, badan
nanda rasanya seperti tercabik-cabik dan keluar sebagai gumpalan darah yang
menjijikan, apalagi hati nanda bun, rasanya nyeri dan amat sakit. Nanda merasa
seperti aib yang tidak dihargai dan tidak diinginkan. Tapi nanda tidak kecewa
dengan tindakan bunda. Bunda telah mengantarkan nanda untuk bertemu dan dijaga oleh Allah, bahkan
nanda dirawat dengan penuh kasih sayang di dalam surganya. Bunda, nanda mau cerita nih,, Nanda pernah
menangis dan bertanya pada Allah mengapa bunda meluruhkan nanda saat nanda
masih berupa wujud yang belum sempurna dan kenapa bunda merelakan nanda berada
di surga tanpa kehadiran bunda.. ??? apa bunda tidak sayang pada nanda..?? apa
bunda tidak ingin mencium kening dan pipi nanda..?? atau bunda takut nanda
rewel dan ngompol..??
lalu Allah menjawab pertanyaan
nanda “bunda kamu malu sayang..”
Kenapa bunda malu..?.
Allah menjawab “dia takut kamu
terlahir sebagai anak haram..”
Anak haram itu apa Ya Allah..??
Allah menjawab “anak yang
dilahirkan tanpa Ayah”
Nanda bingung bun, dan nanda
bertanya lagi, bukannya semua anak itu punya ayah dan ibu kecuali Adam dan Isa
..??
Allah menjawab “Ayah dan Bundamu
memproses kamu bukan dalam ikatan pernikahan yang syah”
Nanda tambah bingung bun, tapi
nanda akhirnya memutuskan untuk diam. Bunda, nanda malu bertanya terus-terusan
sama Allah. Walaupun Allah menjawab semua pertanyaan nanda, tapi nanda
pengennya nanya langsung ke bunda. Pernikahan itu apa bun..? kenapa bunda tidak
menikah dengan ayah..? mengapa bunda membuat nanda menjadi anak haram..?
mengapa bunda mengusir nanda dari rahim bunda..??kenapa tidak memberi
kesempatan untuk nanda hidup dan berbakti pada bunda..?? Pertanyaan nanda ke
bunda buanyyakk bun,, tapi nanda tanyakan kalau kita ketemu aja ya bun. Oh ya bun, nanda juga
diajak malaikat jalan-jalan ketempat yang katanya bernama neraka. Tempatnya sangat menyeramkan bun, sangat jauh
berbeda dengan tempat tinggal nanda disurga. Di situ banyak orang dibakar pakai
api. Minumnya dari nana dan makannya buah-buahan yang aneh, banyak durinya.
Bun, ada juga perempuan yang ditusuk-tusuk. Serem banget bun, Tiba-tiba
malaikat bilang ke nanda kalau nanti bunda dan ayah akan dimasukkan ke tempat
itu kalau bunda dan ayah tidak bertaubat. Nanda langsung menangis
bun mendengar itu, nanda berteriak-teriak meminta agar bunda dan ayah tidak
dimasukkan ketempat itu. Nanda
sayang bunda, nanda kangen bunda, nanda ingin merasakan lembutnya belaian
bunda, nanda ingin tinggal selamanya disurga bersama bunda. Malaikatpun berkata
lembut pada nanda, kalau nanda ingin bunda dan ayah selamat, Allah menyuruh
nanda untuk menulis surat kepada bunda dan menyuruh bunda dan ayah untuk
bertaubat. Allah baik
kan bun..? dia mau memberi kesempatan bunda dan ayah untuk bertaubat. Bunda
bertaubat ya… ajak ayah juga biar nanti bisa berkumpul disini. Nanti nanda jemput bunda
dan ayah dipadang masyar, nanda janji nanti nanda akan bawain bunda dan ayah
minum dan pauing, soalnya kata Allah disana sangat panas dan orang-orang akan
kehausan bun. Antriannya
nanti juga panjang bun, orang-orang sejak zaman Nabi Adam akan berkumpul disitu
bun. Asalkan bunda dan ayah mau bertaubat, kita pasti bisa ngumpul lagi bun. Bunda beri nanda kesempatan agar nanda bisa
berbakti sama bunda disurga ya.. jadi bunda bertaubat ya.. Nanda juga meminta pada bunda agar apa yang
nanda alami tidak dialami oleh adik-adik nanda. Nanda sangat sayang sama bunda.
Sudah dulu ya bun, nanda mau main-main dulu disurga. Nanda tunggu kedatangan
bunda dan ayah. Nanda sayang bunda.. mmuuuaaccchhhhh..
Wassalam..
_______
Tersentak
Ema terbangun dari lelapnya dan segera memeluk erat tubuh bundanya. “Ema bersalah bun, Ema bertaubat… astaghfirullahaladzim…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar