Senin, 30 April 2018

Drama Korea Bertajuk 'Law' and 'Criminal'


Drama Korea memang membuat para penontonnya ketagihan. Tak hanya di Korea, bahkan menjalar ke berbagai negara. Salah satunya di Indonesia. Jika menilik ke tahun 2017 lalu, line Drama Korea dipenuhi oleh sejuta kisah tentang kedokteran, seperti Doctors, Descendant of the Sun, Romantic Doctor, dll. Namun dapat dilihat bahwa line 2018 ini, dunia per-drama-an Korea akan diserbu oleh kisah-kisah para jaksa, pengacara, detektif, maupun profesi lainnya yang berhubungan dengan hukum. Baru-baru ini salah satu stasiun televisi Korea Selatan merilis drama bertajuk kriminal yang berjudul ‘SUITS’ yang diperankan oleh Park Hyun Sik. 


‘SUITS’ sendiri menceritakan tentang kehidupan seorang pengacara. Aku pribadi adalah salah satu penggemar berat Drama Korea yang ngikutin hampir semua dramanya mulai dari drama bertajuk romance, comedy, thriller, criminal, hingga fantasy. Kembali pada drama ‘SUITS’,  drama ini berhasil banget narik perhatianku karena alur ceritanya. Sekilas langsung bisa ditebak (buat para penggemar drakor pasti pada tahu ini) kalau alur drama ‘SUITS’ ini akan jauh dari kisah romance. Biasanya drama bertajuk kriminal hanya menggunakan bumbu romance di sela-sela kisah serius nan menegangkan, ala-ala ice breaking gitu. Kisah romance yang terselip dalam Drama Korea bertajuk kriminal juga biasanya sudah sangat jelas. Misal si A udah pasti sama si B, si C udah pasti sama si D (gak ada cerita cinta segitiga-segitiga.an.. hahaha), dan jujur ini yang bikin aku makin sukak dan addict sama drakor khususnya yang ber-genre kriminal. Karena aku pribadi tak terlalu suka hubungan yang terlalu complecated ya.. jadi semakin jelas hubungannya semakin juga aku tertarik sama alur ceritanya, apalagi kalau kisah romancenya berjalan seiring dengan kisah pemecahan kasus atau teka-teki tertentu, feelnya itu .. WOW gtu.. dapet banget.  Sama kayak Drakor ‘SUITS’ ini, udah bisa banget ditebak kalau Park Hyung Sik (as Go Yeon Woo) bakalan sama Ko Sung Hee (as Kim Ji Na), dan Jang Dong Gun (as Choi Kang Suk) bakalan sama Chae Jung An (as Hong Da Ham). Selebihnya kisah mereka berempat ya bakalan tentang criminal solving.
Drama Korea lainnya yang bertajuk senada dan jadi favorit aku adalah:
1. SUITS


       2. SWITCH (diperanin sama Jang Geun Seok )

Asli disini Jang Geun Seok keren banget mainin karaktaernya, beda banget sama karakternya di drama-drama yang lain.
Tahu kan gimana Jang Geun Seok kalo udah meranin pria kaya yang songong, ya kyak gtu plus ditambah sama karakter
cerdasnya. PERFECT !!!

              3. Mad Dog (diperanin sama Woo DoHwan)

Di drama inilah kali pertama aku kenal dan jatuh hati sama Woo Do Hwan, harus liat actingnya deh.. 

      4.  Save Me (diperanin sama Woo Dohwan dan TaecYeon)


      5.  Defendant (diperanin sama Jisung)


       6. Criminal Mind (diperanin sama Lee JunKi dan Moon Chae Woon)

Lee JunKi kereeennn bangeettt disiniiii... 

       7. You’re all Sorounded (diperanin sama Lee SeungGi)

Criminal drama yang satu ini dibumbui sama banyak banget cerita comedy, jadi gak bakalan bosen liatnya..
selain Lee Seung Gi, kita juga dimanjakan sama penampakan Ahn JaeHyun ..

Dan ada 2 drama yang masih COMING SOON, tapi juga bakalan senada ceritanya :

8.  Miss Hammurabi (diperanin sama L ‘infinite’ dan GoAra

Bayangkan deh, udah image nya L cool gituu, terus dia meranin peran jaksa.. kebayang gak sih kerennya..

9. Lawless Lawyer (diperanin sama Lee Junki dan So Yee Jii).. INI NIH YANG AKU TUNGGU-TUNGGU.. HEHEHE
Lee JunKi udah berhasil nih meranin peran di drama kriminal pas di 'Criminal Mind', kini kita tunggu acting memukaunya
di Drama yang akan datang ini..
Bisa dilihat sih dari review di atas, kalo gak semua aktor Korea itu bisa meranin karakter di drama yang bertajuk 'Law' atau 'Criminal', makanya aktor-aktornya juga berputar di itu-itu aja yang main.. perhatiin deh.. pasti aktornya hampir itu-itu aja.. kayak Lee JunKi, trus Woo DoHwan, Go Ara, So YeJi, dan second lead-second leadnya juga ya itu-itu aja... that's why drakor selalu berhasil memukau, karena mereka gak sembarangan memilih aktor untuk memerankan suatu peran. Good Job ~
Sekian sekilas tentang Drakor ber-genre kriminal menurut aku.. ^^



Minggu, 22 April 2018

Mini Fanfiction: TROUBLEMAKER


TROUBLEMAKER
“Welcome Home”... sambut Baro pada adik perempuannya yang baru saja menginjakkan kaki kembali ke Korea. Jo tersenyum kepada kakak laki-lakinya yang berdiri merentangkan kedua tangan tepat didepannya. Jo menghambur pada pelukan Baro. Sudah sekitar 9 tahun yang lalu sejak terakhir kali Jo memeluk erat kakaknya tersebut. Jo masih ingat bagaimana papanya membawa Jo pergi ke London meninggalkan Mama dan kakaknya tersebut karena perceraian, kini Jo berhasil membujuk papanya untuk mengijinkan dirinya kembali ke Korea dengan dalih belajar seni musik. Menurut Jo tidak ada tempat sebagus Seoul Art Performing School (SAPS) untuk belajar seni musik, terlebih lagi disitulah Baro sang kakak menempuh pendidikan menengah keatasnya. Tidak ada yang lebih sempurna dibandingkan dengan berada satu atap bersama mama dan kakaknya.
“Eomma Eodiyo??” tanya Jo pada Baro yang sedang memindahkan koper-koper Jo ke kamar.
“Ke mini market di depan, katanya mau membelikanmu makanan..” jawab Baro dengan nafas terengal-engal. Setelah beres memindahkan koper-koper Jo, Baropun menghampiri Jo yang berdiri di balik jendela melihat ke pemandangan belakang rumahnya.
“wah... daebak... sudah sangat berubah ya...“ gumam Jo masih melihat lurus ke arah geretan gedung yang terlihat dibelakang rumahnya.
“jelas saja.. sudah sejak 9 tahun yang lalu” jawab Baro kemudian memukul kepala adiknya tersebut “aigo...akhirnya kau kembali juga .. uri dongsaeng..” lanjut Baro diikuti pelukan hangat untuk Jo.
“Ya~..” Jo mencoba melepaskan pelukan diikuti tawa ringannya.
“Uri daaal....” terdengar teriakan ibu Jo memanggil nama putrinya tersebut. Sontak Jo segera berhambur ke arah pelukan ibunya.
“eomma neomu bogoshippo..” ujar Jo memeluk erat-erat ibunya.
###
Pagi itu merupakan hari pertama Jo memulai status barunya sebagai pelajar Seoul. Ia merapikan seragam barunya seraya tersenyum melihat pantulan bayangan dirinya dicermin.
“yeppo...” gumamnya pelan
“anniyo....” Baro yang sedari tadi memperhatikan adiknya dari balik pintu menyela gumaman Jo dengan gurauannya
“oppa.... “ Jo yang terkejut dengan kehadiran Baro segera memberikan tatapan tajam pada gurauan kakaknya tersebut.
“ya... kau lama sekali.. palli kajja !! atau kau akan terlambat datang dihari pertamamu..” ujar Baro mengajak Jo agar cepat mengikutinya berangkat ke sekolah.
“arasso..” balas Jo diikuti langkah cepatnya.
Setelah berpamitan dengan ibunya, Baro dan Jo pun melangkah menuju halte terdekat rumah mereka untuk menunggu kedatangan bus yang akan membawa mereka ke SAPS. Bus yang akan mereka naiki telah tiba dan terlihat sudah penuh oleh penumpang. Kebanyakan dari mereka mengenakan seragam sekolah, ada juga yang mengenakan seraganm dinas pemerintah, dan ada juga yang berpakaian formal layaknya karyawan perusahaan-perusahaan Korea. Baro dan Jo pun menaiki bus tersebut dan alhasil tidak mendapatkan sisa tempat duduk, mereka pun terpaksa harus berdiri berdesak-desakkan dengan para penumpang lain. Baro menggantungkan satu tangannya ke handstand yang tersisa, sedang Jo bahkan tidak mendapat jatah handstand karena sudah digenggam oleh banyaknya penumpang dalam bus tersebut. Jo memutuskan untuk menggenggam erat ransel Baro agar tetap dapat menjaga keseimbangan badannya.
Baro menepuk pundak salah satu pelajar yang memakai seragam sama persis dengan dirinya.
“Jinyoung-a...” panggil Baro pada pelajar tersebut.
Sontak pelajar tersebut melepas headset yang terpasang ditelinganya dan menoleh ke arah suara Baro. Pelajar tersebutpun tersenyum kecil dan membalas sapa Baro
“ah no..” jawab pelajar pria tersebut yang tak lain adalah Jinyoung, teman sekelas Baro di sekolah. 
Memang jarak rumah Jinyoung dua kali lebih jauh dari rumah Baro, karenanya setiap berangkat sekolah ia selelu menaiki bus yang melewati halte daerah rumah Baro. Jika Jinyoung tidak berangkat kesiangan seperti hari ini, ia pasti akan bertemu dengan Baro di bus. Namun Jinyoung sendiri lebih sering terlambat dan berangkat lebih siang dari Baro karenanya seringkali ia tidak mendapatkan kesempatan untuk berada  satu bus bersama Baro.
“waah... kau berangkat lebih pagi hari ini..” ujar Baro
“hoh... “jawab Jinyoung singkat seraya tersenyum kecil. Ia memang terkenal sebagai pemuda yang dingin di sekolah. Ia lebih sering menghabiskan waktu istirahat sekolah dengan tidur di atap sekolah atau bahkan tidur di pojok perpustakaan. Banyak siswi SAPS yang menyukai kharisma dingin Jinyoung. Namun Jinyoung tidak pernah menanggapi semua perhatian yang diberikan para siswi tersebut padanya. Ia selalu berlajan di koridor sekolah menggunakan headset berharap tidak ada yang mengganggunya dengan pujian-pujian yang dilontarkan para siswi saat melihatnya.
“ah... kenalkan.. uri dongsaeng..” ujar Baru seraya menarik kera seragam Jo dan menunjukkan sosok Jo pada Jinyoung.
“ah.. yang sering kau ceritakan itu..” jawab Jinyoung pada Baro, Baro merupakan salah satu teman sekolahnya yang cukup dengan dirinya. Selain bao ada pula Gongchan, Sandeul, dan Shinwu yang berteman cukup dekat dengan Jinyoung. Jinyoung lebi tertarik menghabiskan waktu bermainnya dengan keempat sahabatnya tersebut dibandingkan menuruti permintaan para siswi yang mengajaknya untuk keluar menghabiskan waktu bersama. Baro memang sempat menceritakan pada Jinyoung dan ketiga sahabatnya yang lain bahwa ia memiliki seorang adik perempuan yang ada di luar negeri dan akan segera kembali ke Korea untuk melanjutkan pendidikan.
“annyeong..” sapa Jo seraya mengangkan satu telapak tangan kanannya untuk menyapa Jinyoung. Iapun kembali menurunkan tangannya dan melepaskan cengkraman Baro pada kerah seragamnya.
“annyeong..” sapa Jinyoung singkat.
Sekali melihat Jo langsung mengetahui bagaimana karakter JinYoung “siswa bersikap dingin dan sok keren seperti ini memang selalu ada tiap sekolah. Aku tak menyangka dia adalah teman dekat kakakku..” pikir Jo dalam benaknya namun ia berdecak cukup keras membuat Baro dan Jinyoung yang berdiri didekatnya menoleh kearahnya. Jopun menelan ludah pelan dan menarik nafas panjang. Ia menyilangan kedua tangannya didepan dadanya dan lupa untuk kembali menggenggam ransel Baro yang akhirnya membuatnya kehilangan keseimbangan saat bus itu bergoncang melewati tikungan dan polisi tidur. Ia hampir saja terjatuh kedalam pangkuan salah satu penumpang lain, sampai Jinyoung menangkap tubuh Jo dan menahannya agar tidak terjatuh.
Jo benar-benar terkejut tatkala ia sadari kini ia tengah berada dalam pelukan Jinyoung. Ia segera melepaskan dirinya dari pelukan tersebut dan merapikan rambutnya yang terurai. Baro segera menggenggam erat lengan Jo.
“gwenchana..?” tanya Baro sedikit khawatir
“ah.. nhe...” jawab Jo masih mencoba mengembalikan kesadarannya
“gomawo chingguya..” ujar Baro mengucapkan terima kasih pada Jinyoung yang diikuti oleh anggukan pelan dari Jinyoung.
Jinyoung masih memandang ke arah Jo yang sempat berada dipelukannya tersebut. ia mengrenyitkan dahinya mencoba melihat lebih tejam ke arah Jo untuk memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja. Jo yang menyadari bahwa Jinyoung sedang memandanginya segera mempererat genggamannya ke lengan Baro.
###
Jo dengan mudah dapat bergaul dengan teman-teman kelasnya di SAPS. Walaupun terdapat beberapa anak yang mencibirnya sebagai anak baru yang datang dari luar negeri, namun tak sedikit pula yang menerimanya dengan sangat baik. Jo tak kesulitan untuk berbaur dengan yang lainnya. Ia bahkan mendapatkan satu teman dekat yakni MinJae, pelajar pria yang duduk tepat disebelahnya. 


Minjae juga merupakan pelajar pindahan dari luar negeri, karenanya obrolan diantara keduanya membuat keduanya dengan mudah semakin dekat. Minjae yang terlebih dulu masuk di SAPS sering menjadi schoolguide bagi Jo. Kedekatan mereka sudah layaknya saudara. Jo bahkan mengenalkan Minjae pada Baro dan sering mengajak Minjae untuk berkunjung ke rumahnya. Baro sendiri tak keberatan jika Jo berteman dekat dengan Minjae. Disamping Minjae adalah anak yang baik, ia juga dapat diandalkan untuk menjaga Jo saat mereka melewati kelas malam dan harus pulang larut. Baro jadi tak terlalu khawatir lagi dengan Jo karena ada Minjae yang menemaninya. Minjae sering menjemput bahkan mengantarkan Jo pulang dari sekolah. Ia jadi lebih sering bersama dengan Minjae dibandingkan dengan Baro. Minjae juga merupakan anak yang populer di SAPS,  hal tersebut membuat Jo mendapatkan banyak masalah karena kecemburuan para siswi yang mengejar Minjae, namun hal tersebut juga membuat Jo didekati oleh banyak siswi yang ingin meminta bantuan Jo dalam mendapatkan Minjae. Sebenarnya hal tersebut sangat merepotkan bagi Jo ketika banyak siswi yang menanyakan tentang makanan favorit Minjae, tipe ideal Minjae, dan masih banyak yang lainnya. Beberapa minggu dilalui Jo dengan cukup menyenangkan di sekolah barunya tersebut. Berkat bantuan Minjae yang rajin, ia juga jadi tak terlalu ketinggalan pelajaran kurikulum SAPS.
Hari itu, Jo berjalan santai di koridor sekolahnya dengan menikmati sebuah lolipop dimulutnya. Langkahnya terhenti saat menjumpai sosok Jinyoung yang sedang berdiri di Koridor sebrang dan berhadapan dengan 3 orang siswi yang terlihat sedang memberikan sekotak coklat untuknya. Dapat dilihatnya bahwa Jinyoung mencoba untuk menolak pemberian tersebut.
“HAH..” dari belakang Minjae berusaha untuk mengejutkan Jo.
Jo nyaris menelan lolipop yang ada dimulutnya utuh-utuh.
“YA...” dia memberontak pada Minjae kesal yang kini tengah menggantungkan lengannya di pundak Jo.
“kau lihat apa..?” tanya Minjae mencari fokus penglihatan Jo.
“lihatlah itu.. teman kakakku.. Jinyoung oppa.. lihatlah lihatlah... dia selalu bersikap sok keren dan menolak semua gadis-gadis yang mendekatinya .. lihatlah ekspresinya.. waaaahh.. “ ujar Jo menunjukkan pada Minjae apa yang sedang ia pikirkan.
Minjae mantap tajam ke arah Jo
“wae..?” tanya Jo kemudian setelah sadar bahwa Minjae tengah menatapnya
“kenapa kau peduli..? biarkan saja..” jawab Minjae kemudian.
“aaiisshh.. siapa yang peduli...” teriak Jo seraya memukul bagian belakang kepala Minjae.
Minjae mencoba menghindari pukula Jo dengan berlari menjauhinya. Sontak Jo pun tertawa seraya mengejarnya.
“YAA.. mau lari kemana kau...” teriak Jo pada Minjae
Dari sebrang koridor, Jinyoung dapat mendengar teriakan Jo. Ia menolehkan pendangannya ke arah sumber suara. Dilihatnya Jo sedang berlari kecil mengejar Minjae.
###
Setelah seharian mempelajari komposisi musik, akhirnya bel istirahatpun berbunyi. Jo segera meninggalkan kelasnya. Ia meregangkan tubuhnya untuk mendapatkan udara segar diluar kelas.
“ya.. kajja.. kita ke kantin..” ajak Jo pada Minjae
“aku ada urusan di ruang guru. Tunggu aku disini dulu..” jawab Minjae yang kemudian meninggalkan Jo.
“aiisshh jinjja..” gumam Jo kesal.
5 menit menunggu Minjae merupakan waktu yang lama bagi Jo. Ia sudah kelaparan karena pelajaran beberapa jam sebelumnya. Akhirnya ia memutuskan untuk terlebih dulu ke kantin. Ia mencomot sepotong roti yang ada dikantin, membayarnya dan memakannya sambil berjalan kembali ke kelas. Ia sengaja membawa sepotong roti utuh disakunya untuk diberikan pada Minjae. Sebelum kembali ke kelas. Ia melewati tangga menuju atap sekolah. Ia pun mendapatkan ide untuk naik ke atap dan mendapatkan udara yang lebih segar.
Sesampainya di ujung tangga, ia melihat pintu yang menghubungkannya dengan atap sekolah terbuka lebar. Ia segera berjalan melewati pintu tersebut dan menutup pintu tersebut kencang. Sampai di atap sekolah, Jo pun berjalan pelan menuju pagar atap untuk melihat suasana sekolahnya dari atap. 


Cuaca siang itu cukup cerah hingga saat Jo mendongakkan kepalanya ke atas, ia dapat menikmati hamparan birunya langit. Ia juga dapat melihat suasana taman sekolah dari atap, terdapat beberapa anak yang sedang bermain sepak bola, ada juga yang duduk seraya bermain alat musik di taman, dan masih banyak yang lain. Dengan spontan ia merentangkan kedua tangannya dan berteriak keras-keras
“WAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.....” Teriak Jo diakhiri dengan tawa ringannya. Ia benar-benar merasa bebas dalam suasana seperti ini.
“ah.. berisik sekali.. “ tiba-tiba sosok suara terdengar dari arah bangku yang terdapat di belakang balik dinding pagar atap tersebut. Jo bahkan tak menyadari bahwa sosok Jinyoung tengah tertidur di bangku tersebut. Dan kini ia terbangun karena suara teriakan Jo yang begitu keras.
“ah... “ Jo terkejut dan segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya, “ kau disini rupanya..” ujar Jo pelan
“aahh.. bahkan disini pun ada yang mengganggu tidurku.. “ gumam Jinyoung pelan, namun terdengar jelas oleh Jo.
Jo menarik nafas dalam-dalam, “mian..” ujarnya pelan pada Jinyoung. Ia pun segera berbalik dan hendak meninggalkan atap sekolah tersebut. langkahnya terhenti saat dicobanya membuka pintu atap tersebut. Beberapa kali Jo menggoyangkan gagang pintu itu, namun pintunya tidak terbuka.
“oh.. ottoke .. ottoke... “ ujar Jo panik
“apa kau menutup pintunya tadi..?” tanya Jinyoung yang tiba-tiba sudah berdiri dibelakang Jo.
“nhe..” jawab Jo seraya menganggukkan kepalanya
“paboya..?” tanya jinyoung kesal seraya merebut gagang pintu yang dipegang Jo dan giliran dia yang mencoba untuk membuka pintu tersebut
“waeyo..?” tanya Jo panik
“pintunya akan terkunci otomatis kalau kau menutupnya... dan hanya bisa dibuka dari dalam sana..” jawab Jinyoung seraya memasukkan tangannya ke adalam saku celananya dan kembali berjalan menuju pagar atap.
Spontan Jo pun mengikuti langkah Jinyoung dari belakang.
“hubungi kakakmu.. suruh dia membukakan pntu..” pintah Jinyoung pada Jo
“ah..” Jo segera merogoh saku jaz sekolahnya. Bukan ponsel yang ia temui melainkan sepotong roti yang ia beli dari kantin tadi., “aaahhh.. ponselku aku tinggal di ransel..” ujar Jo kecewa.
“aiisshh... “ Jinyoung mengacak rambutnya
“kau juga tidak membawa ponselmu..?” tanya Jo
“ho..” Jinyoung menjawab singkat
“ottoke ottoke..” Jo semakin panik, ia melihat ke arah jam tangannya, “sbentar lagi kelas akan dimulai..” ujar Jo masih panik
“tidak ada pilihan lain.. kita hanya harus menunggu ada yang membukakan pintu“ jawab Jinyoung santai seraya duduk di pagar beton atap tersebut
“ottoke...iishhhh... “ Jo mendesis kesal karena jawaban Jinyoung yang terdengar santai sekaligus bahagia karena memiliki alasan untuk tidak mengikuti jam pelajaran berikutnya
“tunggu saja ..” ujar Jinyoung masih dengan santai, “tapi.. itu ada roti di sakumu.. punyamu..?” tanya jinyoung kemudia
“nhe nhe nhe.. wae..?” jawab Jo yang kemudian balik bertanya dengan ketus
“boleh untukku..?.. aku sedikit lapar..” pinta Jinyoung
Jo menarik nafas dalam dan menghembuskannya keras-keras. Ia meniup pelan poninya dan kemudian memberikan rotinya pada Jinyoung
Ia pun berjalan mendekati pagar beton dan menyandarkan punggungnya di pagar beton atap tersebut. ia memainkan kakinya pelan. Jinyoung memakan perlahan roti yang diberikan Jo untuknya. Ia melihat Jo yang berdiri disamping tempat ia duduk. Ia melihat angin semilir mengibarkan perlahan rambut pendek Jo beserta poninya. Wajahnya menunduk menatap tajam ke arah kakinya yang tengah bergerak pelan mengetuk lantai atap berkali-kali. Kedua tangannya dimasukkan di saku jaznya. Sekali-kali gadis tersebut mendongak keatas melihat langit biru dan kemudian mengangkat sebelah tangannya seraya melebarkan telapak tangannya di udara, matanya yang lebar mengintip bentuk awan dari sela-sela jarinya, terkadang ia bahkan memejamkan sebelah matanya agar dapat melihat lebih fokus ke arah gerakan awan yang menggantung diangit tersebut.
Jo merasa bahwa kini Jinyoung tengah memandanginya. Iapun menolehkan wajahnya ke arah Jinyoung yang sontak terkejut dengan gerakan Jo. Ia hampir memuntahkan roti yang kini tengah berada di tenggorokannya. Jinyoung terbatuk-batuk dan kemudian memukul dadanya pelan agar roti yang sedang dalam perjalanan menuju lambungnya dapat sampai tujuan dengan selamat.
“waeyo oppa..?” tanya Jo seraya tertawa melihat tingkah Jinyoung. Baru pertama ini ia melihat Jinyoung terkejut seperti itu. Jinyoung yang biasa dilihatnya menampakkan sosok yang dingin dan sangat menghindari masalah. Namun kini ia melihat sosok Jinyoung yang sedang tersedak karena tertangkap tengah melihatnya.
“kau sedang menatapku kan tadi..?” tanya Jo menggoda Jinyoung.
Jinyoung hanya terdiam dan sibuk menenangkan tenggorokannya. Ia pun berdiri dari tempat duduknya dan kemudian menghadap ke arah pagar atap seraya menekankan telapak tangannya di atas pagar tersebut. Melihat kondisi Jinyoung, Jo pun berusaha membantu dengan menepuk perlahan punggung Jinyoung.
“aigo...” gumam Jo seraya menepuk pelan-pelan punggung Jinyoung untuk membantu Jinyoung meredahkan batuknya.
Jinyoung sontak menatap Jo yang kini berada tepat didepan mukanya. Jo sedikit terkejut melihat Jinyoung yang tiba-tiba menatapnya. Ia pun berhenti menepuk punggung Jinyoung dan mundur 2 langkah kebelakang. Ia takut mungkin Jinyoung marah dengan apa yang ia lakukan barusan
“mianhe..” ujar Jo pelan. Ia pun berbalik menghadap ke arah pagar, berdiri disamping Jinyoung, dan menghirup udara segar dalam-dalam, “aiish.... sampai kapan kita akan disini..” gerutu Jo, “ah.. gei-jasik.. apa dia tidak mencariku karena tidak ada dikelas.. iishh..” lanjut Jo menggerutu
“minjae..?” tanya Jinyoung kemudian.
“oppa arayo..?” Jo balik bertanya pada Jinyoung
“tentu saja.. dia cukup terkenal bahkan untuk kakak kelasnya.. bukankah banyak yang menyukainya..” jawab Jinyoung
“oppa do.. banyak yang suka..” balas Jo cepat
Jinyoung tersenyum kecil mendengar ucapan Jo


“oh oh oh.. kau terseyum..... jinjja... kau tersenyum..” Jo bersikap heboh melihat senyuman Jinyoung. Ini kali pertama ia melihat Jinyoung tersenyum dengan jarak sedekat ini, dan hanya ada mereka berdua. Sosok dingin seorang Jinyoung yang melekat di benak Jo pudar sudah. Senyuman Jinyoung membuatnya terlihat lebih manis di mata Jo.
Seketika Jinyoung kembali merapatkan bibirnya. Ia juga tak menyadari bahwa ia dapat tersenyum lepas bersama dengan Jo. Apakah mungkin karena Jo adalah adik dari sahabatnya ?, ya .. itulah yang ada dipikirkan Jinyoung, pasti karena itu ia merasa nyaman dan leluasa disamping Jo.
###
Minjae berulang kali memandang bangku Jo yang kosong. Tidak biasanya Jo menghilang tidak mengikuti pelajaran tanpa memberitahu Minjae alasannya. Jo bahkan meninggalkan ponselnya di dalam ranselnya. Minjae semakin khawatir karena Jo. Setelah 80 menit berlalu, ia memutuskan untuk mencari Jo. Minjaepun berdiri dari tempat duduknya dan meminta ijin untuk keluar ke toilet pada guru kelasnya. Minjae berjalan cepat menyusuri koridor sekolah. Ia menuju kantin, belakang sekolah, bahkan ia masuk ke beberapa toilet wanita yang ada gedung sekolah 3 lantai tersebut. Namun ia tak menjumpai sosok Jo. Minjae hampir kehabisan akal. Namun masih terdapat satu tempat yang tak ia kunjungi, yakni atap sekolah. Ia ragu apakah Jo ada disana atau tidak, namun ia tak punya pilihan lain selain menengoknya. Ia melihat pintu atap tertutup rapat, Minjae yang mengetahui bahwa pintu tersebut hanya dapat dibuka dari dalam pun merasa bahwa Jo terjebak diatap tanpa tahu cara kerja pintu tersebut. Minjaepun membuka pelan pintu tersebut.  Benar saja pintu tersebut dapat terbuka jika dibuka dari bagian dalam. Minjae melangkah ke atap dan menjumpai sosok Jo yang sedang berdiri bersama sosok Jinyoung di pagar beton yang ada diatap tersebut. Minjae menghembuskan nafas lega saat berhasil menemukan Jo, namun ia mengrenyutkan dahinya saat dilihatnya Jo sedang tertawa bersama dengan Jinyoung.
“Jo ya...” panggil Minjae pada Jo.
Jo yang sedang menikmati waktu mengobrol dengan Jinyoung pun segera menoleh ke arah asal suara.
“Minjae ya...” ujar Jo terdengar lega. Ia segera berlari dan menghambur ke arah pelukan Minjae
“ya.. ~ kenapa lama sekali ..?” tanya Jo pada Minjae, “aku hampir bosan menunggu seseorang membukakan pintu itu..”
Melihat Jo menghambur ke pelukan Minjae, Jinyoung pun berjalan pelan menghampiri keduanya, ia berjalan dengan memasukkan kedua tanggak ke dalam ke dua saku celananya.
“gomawo..” ujar Jinyoung pada Minjae, “na gan-da..” pamit Jinyoung yang kemudian meninggalkan Jo dan Minjae
“nhe.. nado gomawoo oppa..” balas Jo pada Jinyoung yang tetap berjalan lurus seraya melambaikan tangannya ke atas membalas ucapan terima kasih dari Jo
“yogi wae..?” tanya Minjae terlihat kesal pada Jo


“YA ~ no do ara.. kalau pintu itu hanya bisa dibuka dari dalam..?” tanya Jo ketus pada Minjae
“ara..” jawab Minjae cepat
“YAAA~” Jo memukul kepala Minjae, “kenapa kau tak bilang padaku.. paboya ..?” lanjut Jo memarahi Minjae
“mana aku tahu kalau kau akan kesini..” balas Minjae seraya memegang bagian kepalanya yang dipukul Jo, “geun-de.. kenapa kau bersama Jinyoung hyung..?” tanya Minjae kemudia
“aiishh.. aku tidak tahu kalau dia disini.. dan aku yang membuat dia terkurung disini.. “jawab Jo , “memalukan.. kajja.. kita kembali ke kelas..” lanjut Jo mengajak Minjae untuk bergegas kembali ke kelas.
“bukankah kau tidak menyukai jinyoung hyung..?” tanya Minjae saat dirinya dan Jo menuruni anak tangga menuju kelas.
“hoh..” jawab Jo santai
“lalu... kenapa kau tertawa bersamanya..?”
“geun-yang... dia tidak seburuk yang aku pikirkan..”
“apa kau menyukainya..sperti gadis-gadis yang lain...?” tanya Minjae heboh
“michosso... naneun .. pabo anniya...” jawab Jo ketus pada Minjae “lagipula dia sahabat kakakku.. mungkin karena itu dia memperlakukanku dengan tidak buruk.. “ lanjut Jo tidak peduli.
###
Malam itu, Jo terlihat gusar. ia mengeluarkan semua isi tasnya.
“wae..?” tanya Baro yang baru selesai mandi dan melewati kamar adiknya dengan pintu terbuka lebar. Ia melihat Jo tengah mencari sesuatu dari dalam tas nya.
“apa kau lihat demo CD ku..?” tanya Jo pada Baro yang masih berdiri seraya bersender di pintu kamarnya.
“demo CD..?” Baro balik bertanya
“iyah.. demo dance .. tugas untuk besok.. aku sudah memburningnya dalam CD. Geun-de.. jigeum eobso..” ujar Jo kecewa
“apa kau yakin sudah mencarinya dengan benar..?” Baro masih bertanya dengan santai
Jo hanya terdiam seraya berpikir keras.
“aaaa..” Jo berteriak saat mengingat kali terakhir ia menggenggam CD tersebut. “oppa.. temani aku..” ajak Jo pada Baro
“eodi..?” tanya Baro
“sekolah.. CD ku tertinggal di dance practice room tadi sore.. aku yakin aku meninggalkannya di sana..” jelas Jo
“andwae.. ajak saja si Minjae..” Baro melepaskan tangan Jo yang memegang lengannya memohon. Ia pun meninggalkan Jo yang masih menggurutu karena Baro.
Jo pun mengambil jaket tebalnya
“eomma.. aku pergi sebentar..” pamit Jo pada ibunya yang tengah membereskan piring bekas malam.
“kau pergi dengan siapa..?” tanya ibunya
“minjae..” jawab Jo cepat. Walaupun sebenarnya ia tak ingin mengajak Minjae mengingat amarah Minjae saat menemukan ia terperangkap di atap sekolah tadi pagi membuatnya tak ingin menyusahkan Minjae lebih jauh. Ia hanya mengatakan hal tersebut untuk membuat ibu nya merasa khawatir dan mengijinkannya keluar.
Jo masih dapat menaiki bus malam menuju sekolahnya. Sebenarnya sekolah Jo akan ditutup pukul 8 malam. Dan kini waktu telah menunjukkan pukul 7:15, jika ia bergegas, Jo yakin masih dapat mengambil Cdnya dan keluar dari sekolah tepat waktu sebelum gerbang utama di tutup. Penjaga sekolah masih berjaga di pos dekat gerbang utama. Jo mengutarakan maksud dan tujuannya datang ke sekolah malam-malam.
“ingat.. keluarlah sebelum pukul 08:00 malam..” pesan penjaga sekolah tersebut.
Jo hanya mengangguk seraya mulai memasuki sekolahnya. Sekolahnya cukup gelap karena tak ada seorang muridpun yang masih berada disana. Beberapa kelas bahkan sudah terlihat gelap gulita tanpa penerangan. Jo memutuskan untuk menggunakan senter ponselnya dan berjalan melewti lorong sekolahnya menuju runag dance practice. Benar saja setelah sampai disana ia melihat CD nya tergeletakdi ujung ruangan. Ia segera mengambil CD-nya dan bergegas meninggalkan sekolah tersebut. langkahnya terhenti di ruang komposisi musik.
“bukankah ruang ini hanya boleh digunakan dengan pendampingan guru..” pikir Jo dalam benaknya. Ruang komposisi musik dilengkapi dengan berbagai alat komposisi yang hanya boleh digunakan dengan pendampingan guru pengajar. Murid yang ketahuan menggunakan alat-alat tersebut tanpa izin dar pihak sekolah akan mendapatkan hukuman. Hal tersebut dikarenakan alat komposisi yang digunakan di sekolah terbatas, sehingga para pengajar benar-benar menjaga alat tersebut agar tidak sembarangan oleh para siswa. Alat tersebut juga tak banyak dijumpai di Korea. hanya ada 2 sekolah dan 3 universitas yang menyediakan alat tersebut. Tentunya agensi-agensi K-POP di Korea juga sudah menggunakan alat komposisi musik terbaru tersebut.
Namun Jo melihat cahaya di ruang tersebut. Cahaya tersebut berasal dari ponsel milik pelajar siswa yang kini tengah duduk di depan alat komposisi seraya memakai headset besar dan sesekali menulis sesuatu di kertas musiknya. Jo yakin bahwa anak itu sedang membuat musiknya secara diam-diam di ruang tersebut. Jo tak ingin mengganggu pelajar tersebut, itu adalah urusannya jika ia ketahuan oleh penjaga sekolah. Namun suara langkah penjaga sekolah terdengar semakin mendekat. Jo hendak berlalu meninggalkan pelajar tersebut dan segera meninggalkan sekolah. Namun bagaimana jika anak tersebut ketahuan? Ia akan mendapatkan hukuman dan mungkin akan kesulitan untuk menyelesaikan musiknya.
Jo akhirnya memutuskan untuk menerobos masuk ke ruang komposisi tersebut, dan dengan cepat menyambar ponsel yang ada di meja komposisi, ia segera menekan tombol power yang terletak di sebelah kanan ponsel agar sinar senter etrsebut dapat segera mati.  Pelajar pria yang duduk di ruang tersebut pun terkejut. Ia melepas headsetnya dan berdiri menghadap Jo.
“mwoya..?” teriak pemuda tersebut keras pada sosok Jo yang tidak terlihat jelas wajahnya karena kurangnya pencahayaan.
Tanpa tahu siapa itu, Jo segara membungkam mulut pemuda itu dan memaksanya untuk duduk berjongkok agar tidak ketahuan dari balik jendela kelas.
“siapa itu..?” mendengar teriakan pemuda tersebut. sang penjaga mulai melambai-lambaikan senter besarnya ke arah kelas. Namun tak dijumpainya siapa-siapa.
Mendengar suara penjaga akhirnya pemuda tersebut pun memilih untuk diam dan tetap berjongkok mengikuti sosok gadis didepannya masih dengan mulut terbungkam oleh tangan gais tersebut.
Setelah kondisi membaik, Jo pun melepaskan tangannya dari mulut pemuda tersebut dan menaruh tangannya di depan dadanya seraya menghembuskan nafas lega. Ia merasakan detak jantungnya yang bekerja cukup keras karena ketegangan akibat kejadian tersebut. Ia merasa takut jika ketahuan oleh pihak sekolah.
“Jo..?” tanya pemuda yang masih duduk tepat didepan Jo, ia memastikan sosok gadis yang ada didepannya dengan menyalahkan senter hapenya kembali.
“Jinyoung oppa...” Jo terkejut saat dijumpainya sosok Jinyoung yang kini tepat berada didepannya. Sontak Jo segara berdiri.
Menyadari bahwa gadis tersebut adalah sosok Jo, Jinyoungpun tersenyum kecil dan kemudian mengikuti Jo berdiri.
“minahe opaa... “ ujar Jo seraya menggosokkan kedua telapak tangannya meminta maaf pada Jinyoung. “aku tidak tahu kalau itu kau..” lanjut Jo.
Jinyoung hanya terdiam memandang samar-samar Jo yang masih berdiri meminta maaf didepannya. Ia melihat jam yang ada di ponselnya dan waktu telah menunjukkan pukul 07:55 malam. Sebentar lagi gerbang sekolah akan segera ditutup.
“aigoo...” ujar Jinyoung kemudian seraya memukul pelan dahi Jo dengan jari telunjuknya, “kajja.. “ ajak Jinyoung kemudian.
“hoh..?” Jo terkejut melihat reaksi Jinyoung yang biasa saja dan kini sedang merapikan ranselnya
“kau tidak mau terkunci lagi kan..” Ujar Jinyoung seraya berjalan keluar.
Mendengar pernyataan Jinyoung, Jo baru menyadari bahwa gerbng sekolah akan segera ditutup. Iapun mengikuti langkah Jinyoung cepat.
###
Pagi itu seperti biasa Jo turun dari bus tepat di halte depan sekolahnya bersama Minjae. Ia berjalan bersama Minjae melewati gerbang sekolah dan menuju kelasnya. Baro yang tiba-tba muncul dari belakang bersama Jinyoung menepuk punggung Minjae.
“Ya.. ~ bagaiman semalam .. apa kau menemukan CD miliknya..?” tanya Baro tiba-tba pada Minjae.
Sontak Jo terkejut mendengar pertanyaan Baro pada Minjae.
“hoh..?” Minjae yang tak mengerti apa-apa kebingungan mendengar pertanyaan Baro.
“bukankah dia selalu membuat masalah.. ?” Baro berusaha Jo didepan Minjae.
Jo memandang Jinyoung mencoba meminta bantuan dengan ekspresinya. Ia berharap Jinyoung dapat menerima signal SOS darinya.
Mendengar ucapan Bao pada Minjae dan melihat ekspresi Jo membuat Jinyoung mengerti situasi yang tengah terjadi.
“ya.. Baro ya.. kajja.. kita harus segera bertemu yang lain..” ajak Jinyoung menyela pembicaraan Baro dengan Jo.
Jinyoung menyeret pergi Baro yang masih kebingungan. Jo pun bernafas lega sepeninggal Jinyoung dan Baro
“mwoya..?” tanya Minjae curiga pada Jo
“mwo...????? “ Jo balik bertanya pada Minjae dengan ekspresi pura-pura tidak mengerti apa yang dimaksud Minjae. Ia pun melangkah terlebih dulu meninggalkan Minjae
“kau menyembunyikan sesuatu dariku bukan..” Minjae mengejar langkah Jo
###
Siang itu, Jo menuruni anak tangga bersama Minjae menuju kantin sekolahnya. Dari atas tangga, ia melihat Baro, Jinyoung dan ketiga temannya yang lain sedang berjalan hendak menaiki tanggal untuk kembali ke kelas. Tepat sebelum menyelesaikan menuruni semua anak tanggal segerombolan anak laki-laki yang juga sedang berlarian menuruni anak tangga tak sengaja bertabrakan dengan pundak belakang Jo sehingga sontak Jo-pun terdorong dan jatuh kebawah. Minjae yang berada disampingnya bahkan tak sempat menangkap lengan Jo untuk menahannya terjatuh. Jinyoung yang berada tepat lurus di bawah Jo-pun dengan cepat menangkap tubuh Jo yang kini terjatuh tepat diatas tubuh Jinyoung yang tak sadarkan diri karena benturan bagian belakang kepalanya dengan lantai sekolah tersebut.
Jo yang sedari tadi menutup mata akhirnya membuka mata saat merasakan seseorang tengah menangkap tubuhnya. Ia kini melihat Jinyoung yang tak sadarkan diri tepat didepan matanya.
“oppa... oppa... yaaa.. ~ oppa jangsin jjar-yoo oppa... “ Jo panik mencoba untuk membangunkan Jinyoung
Baro dan Gongchan dengan sigap membawa Jinyoung menuju UKS sekolah. Minjae yang langsung berlari turun memeluk Jo erat yang kini tengah menangis panik melihat Jinyoung tak sadarkan diri.
“ottoke minjae ya.. ottoke..” ujar Jo disela isak tangisnya
“gwenchana.. kau tidak apa-apa..?” tanya Minjae kemudian
“ottoke.. ottoke..” Jo tak menjawab pertanyaan Minjae. Ia masih berpikir tentang keadaan Jinyoung
“gwenchana.. dia akan baik-baik saja..percaya padaku..” ujar Minjae menenangkan Jo seraya mengusap kepala belakang Jo pelan dalam pelukannya.
###
Keadaan Jinyoung yang tak kunjung membaik membuatnya harus dibawa ke rumah sakit. Ia harus menjalani rawat inap karena mengalami keretakan di bagian tulang belakangnya. Keretakan yang dialaminya tidak begitu parah, sehingga diperkiran ia hanya membutuhkan waktu 7 – 9 hari di rumah sakit untuk menyembuhkan keretakan tersebut.
Kini Baro sedang berada di kamar rumah sakit Jinyoung. Kondisi Jinyoung sudah mulai membaik. Ia bahkan sudah sadarkan diri. Hanya saja ia masih harus berbaring di ranjangnya
“mianhe...” ujar Baro pelan
“ah wae..gwenchana.. jo otte..?” Jinyoung menanyakan kondisi Jo
“gwenchana.. geurigu.. gomawoso chingu ya.. kalau bukan karenamu Jo pati terluka..” lanjut Baro.
Terdengar suara pintu kamar rumah sakit terbuka perlahan. Sosok Jo didampingi oleh Minjae memasuki ruangan tersebut.
“Ya.. ~.. sini kau..” perintah Baro pada Jo yang berjalan ragu-ragu mendekat ke arah Jinyoung
“oppa annyeong..” sapa Jo ragu-ragu pada Jinyoung. Ia bahkan menundukkan pandangannya karena tak sanggup menatap Jinyoung.
Jinyoung tersenyum kecil melihat tingkah Jo.
“annyeong..?” Baro memarahi Jo yang hanya menyapa Jinyoung.
“mianhee oppa..” ujar Jo kemudian seraya mendekat ke arah samping ranjang Jinyoung, “gwenchanayo..?” tanya Jo khawatir
“daenida.. “ujar Jinyoung lega
“mwoga..?” tanya Jo dan Baro bersamaan
“No gwenchana..” jawab Jinyoung seraya menatap Jo lekat.
“Ya.. ~ chingu ya... kau benar-benar berhati besar.. bagaimana bisa kau mengkhawatirkan keadaan anak ini dengan kondisimu sekarang..” Ujar Baro seraya memeluk Jinyoung yang masih terbaring
“ya.. kojjo..” tukas Jinyoung menyuruh Baro melepaskan pelukannya
“No..” Baro menunjuk Jo, “no jeongmal.. troublemaker ieyo... “ lanjut Baro ketus.
Jo hanya menunduk karena omelan Baro.
“geun-de.. badanku benar-benar sakit semua.. kau harus bertanggung jawab..” Jinyoung mencoba menggoda Jo yang sedang dalam posisi terpojok, “mwo.. tidak ada pilihan lain.. kau harus merawatku tiap hari di sini..” lanjut Jinyoung
“mwo..?” Minjae yang mendengar permintaan Jinyoung angkat bicara, “biar aku yang merawatmu hyung.. “ lanjutnya mencoba menggantikan posisi Jo.
“ya.. ~” Baro menukas Minjae, “biarkan Jo yang merawat Jinyoung di sini.. “, Baro mengangguk-angguk pelan, “tenang saja chingu ya.. akan aku pastikan Jo datang kesini tiap hari untuk membantumu.. “ lanjut Baro meyakinkan.
Jo hanya terdiam seraya menarik nafas dalam-dalam karena permintaan tersebut
###
Kini, setiap pulang sekolah Jo harus terlebih dulu berkunjung ke rumah sakit menemui Jinyoung. Ia harus melakukan semua tugas yang diberikan oleh Jinyoung padanya seperti mengupaskan buah, membelikan minuman di mesin minuman yang ada di lantai bawah rumah sakit, membantu mendorong kursi roda Jinyoung saat dirinya ingin mencari udara segar di luar kamar rumah sakit, dan masih banyak yang lainnya.
Kondisi Jinyoung kian membaik dari hari-ke-hari, kini ia sudah dapat duduk di atas tempat tidurnya tanpa harus bersandar. Dokter mengatakan jika dalam dua hari kondisinya stabil seperti ini, ia sudah dapat meninggalkan rumah sakit. Merawat Jinyoung bukanlah hal yang melelahkan bagi Jo. Beberapa hari yang dilewatinya bersama Jinyoung membuatnya mengenal Jinyoung lebih dalam. Jinyoung tak seperti yang ia pikirkan selama ini. Ia merupakan pemuda yang baik. Hal yang paling ditakutkan oleh Jo pun terjadi, ia menjadi nyaman berada di samping Jinyoung. Ia bahkan merasa ada yang salah dengan dirinya. ia menjadi lebih semangat saat jam pulang berbunyi, bukan karena ia dapat segera pulang namun karena ia ingin cepat-cepat bertemu dengan Jinyoung. Namun seperti kata Baro, dirinya disamping Jinyoung adalah troublemaker. Jinyoung selalu mendapat masalah jika berada disampingnya.
Malam itu, Jo hanya duduk disamping ranjang Jinyoung seraya menunggui Jinyoung yang sedang berada di ruang rontgen untuk mengecek keadaanya, jika dipastikan bahwa tulangnya telah baik-baik saja, ia dapat meninggalkan rumah sakit besok. Menunggu Jinyoung setelah seharian di sekolah menjalani kelas dance membuat Jo sedikit lelah. Ia pun tertidur pulas dalam kondisi duduk dan kepala tertelungkup di atas ranjang Jinyoung. Jinyoung yang baru selesai dengan cek terakhirnya kembali ke kamar dan menjumpai Jo yang sedang tertidur pulas. Jinyoung duduk di samping ranjang lainnya. ia melihat ke arah sosok Jo yang sedang tertidur pulas. Tanpa sadar tangannya meraih kepala Jo dan mengusap pelan rambut Jo.
Baro baru sampai di rumah sakit. Ia akan mengunjungi Jinyoung malam ini setelah mendengar kabar bahwa Jinyoung sudah dapat meninggalkan rumah sakit besok. Langkahnya terhenti tepat didepan kamar Jinyoung. Ia bahkan mengurungkan niatnya untuk menarik gagang pintu saat dilihatnya dari kaca pintu kamar Jinyoung bahwa Jinyoung sedang menatap lekat wajah Jo seraya mengusap pelan rambutnya. Baro menyadari satu hal yang selama ini terlewatkan olehnya, ia belum pernah melihat tatapan sehangat seperti saat ini di mata Jinyoung. Ia tersenyum kecil seraya meninggalkan keduanya tetap seperti itu.
###
Jinyoung berjalan pelan dari halte depan sekolahnya menuju kelasnya. Ia disambut hangat oleh Baro dan teman-temannya yang lain. Akhirnya kini ia dapat kembali bergabung dan menjalani aktivitasnya seperti biasa. Jo hanya tersenyum dari koridor kelasnya, ia mengamati dari atas langkah jinyung. Minjae yang datang menghampirinya dan berdiri disampingnya mencoba mencari kemana Jo mengarahkan pendangannya, mencari titik fokus yang membuat senyum itu terlukis di bibir Jo.  Minjae membingkai sosok Jinyoung di mata Jo.
“kau.. benar-benar telah menyukainya..” ujar Minjae yang membuat Jo terkejut. Ia bahkan tak menyadari kehadiran Minjae disampingnya.
“ah.. kamchagiya.. “ujar Jo terkejut
Minjae menatap Jo, terbesit kekecewaan di mata Minjae, ia kemudian berbalik dan kembali ke kelas meninggalkan Jo.
“Ya.. Minjae ya.. waedo..????” Jo berusaha mengikuti langkah Minjae kembali ke kelas.
###
Malam ini, Jo merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Ia memikirkan Minjae yang sepanjang hari ini hanya mendiamkan dirinya.  Ia bahkan tak mengerti apa yang sudah diperbuatnya hingga membuat Minjae marah. Berulang kali ia mencoba untuk mengirimkan pesan pada Minjae. Namun ia urungkan kembali niatnya.
Melihat Jo yang gelisah Baro menghampiri adiknya tersebut,
“sedang memikirkan Jinyoung..?” tanya Baro tiba-tiba
“hoh..??” Jo terkejut dengan kedatangan Baro
“na gwenchana..Jinyoung merupakan teman yang baik” lanjut Baro
“mwoya ige..” gumam Jo pada Baro
“kau tidak akan bisa membohongiku.. kau menyukai Jinyoung kan..?” Baro menatap Jo tajam. Ia terdengar sangat serius saat menanyakan hal tersebut.
Jo terpaku mendengar pertanyaan Baro dengan wajah tajam Baro. Ia hanya menelan ludah dan tak mampu menjawab pertanyaan Baro
“dengarkan.. kau sangat berharga untukku.. geurigu Jinyoung.. dia juga sangat berharga untukku.. aku tidak melarang hubungan kalian.. tapi jangan saling menyakiti.. “ ujar Baro diakhiri dengan senyumnya. Ia mengelus rambut Jo pelan dan kemudian meninggalkan Jo yang masih terpaku dengan ucapan Baro.
Pesan masuk tertera di layar ponsel Jo. Terlihat satu pesan dari Minjae yang mengabarkan bahwa ia telah berada di luar rumah Jo. Melihat pesan tersebut, Jo bergegas mengambil jaketnya dan menemui Minjae.
Minjae dan Jo duduk bersama di dua ayunan yang ada di taman kompleks rumah Jo.
“wae..?” tanya Jo pada Minjae yang sudah lebih dari 20 menit hanya diam seraya memainkan jemarinya. Jo mengayunkan pelan ayunannya sambil menunggu Minjae bicara
“ah wae..?.. kenapa kau mendiamkanku hari ini..?” Jo kembali bertanya
“Na joha-e..”
Pernyataan Minjae membuat Jo sontak menghentikan ayunannya. Ia menggenggam erat tali ayunannya, Jo menelan ludahnya pelan.
“yaa.. jangan bercanda padaku..” ujar Jo seraya mencoba tersenyum
“aku tidak bercanda saat ini. naneun neomu joha-e.. naneun..” Minjae belum sempat meneruskan apa yang ingin ia ungkapkan, Jo sudah menyelanya terlebih dulu.
“Minjae ya..”
Minjae kemudian terdiam mendengar selahan dari Jo
“kau adalah sahabat terbaikku, aku tak ingin kehilangan sahabatku.. bisakah kau tetap menjadi sahabatku..?” lanjut Jo bertanya pada Minjae
“jadi aku tidak akan pernah bisa manjadi lebih dari sahabat untukmu..” gumam Minjae pelan seraya tersenyum
“Minjae ya..” Jo tak ingin kehilangan Minjae sebagai sahabatnya. Jo menyadari bahwa sekarang hatinya sudah dimiliki oleh orang lain. Ia sangat menyukai Minjae namun tidak lebih dari sahabatnya. Apakah terlalu serakah jika ia ingin menjaga Minjae di sampingnya sebagai seorang sahabat ?
“arasso..” Minjae berdiri dari ayunannya. Ia melihat ke arah Jo yang ikut berdiri dan kini tepat berhadapan dengan Minjae.
Minjae mengulurkan tangannya.
“Minjaenya.. tidak bisakah kau tetap menjadi sahabatku..?” Jo kembali bertanya pada Minjae. Ia benar-benar tak ingin kehilangan Minjae.
Melihat Jo, Minjae menarik kembali uluran tangannya.


“aku tidak bisa bilang kalau sekarang aku baik-baik saja. Tapi aku akan tetap selalu ada jika kau membutuhkanku.. “ ujar Minjae. Matanya mula berkaca-kaca, ia tidak akan membiarkan Jo melihat dirinya semakin menyedihkan. Akhirnya Minjae memutuskan untuk berbalik dan meninggalkan Jo yang masih berdiri mematung menatap punggung Minjae yang menjauh.
Jo kembali duduk di ayunannya, ia menundukkan kepalanya. Ia merasakan air matanya mulai berjatuhan. Ia benar-benar bersyukur telah memiliki Minjae selama ini, namun ia juga merasa bersalah karena tak dapat membalas perasaan Minjae. Ia tak ingin kehilangan Minjae, namun sulit baginya untuk tetap menjaga Minjae di sampingnya. Ia akan semakin melukai Minjae saat menginginkan Minjae tetap berada di sampingnya sebagai seorang teman, seorang sahabat, tidak lebih.
Jo berdiri dari tempat duduknya, ia merapikan raambutnya dan berjalan gontai perlahan untuk kembali pulang. Sesekali ia menendang beberapa kaleng yang tergeletak di pinggir jalan, ia bahkan menendangkan kakinya ke udara. Ia bahkan tak melihat sekekelingnya saat berjalan, kakinya menyandung batu besar yang terdiam dipinggir jalan.
“aauuwhhh..” rintih Jo kesakitan seraya mengangkat sebelah kakinya.
“waah.. kau benar-benar ceroboh..” suara Jinyoung tiba-tiba terdengar dari belakang.
“ah oppa.. wae yogi..?” Ujar Jo terkejut melihat sosok Jinyoung, ia bertanya-tanya kenapa Jinyoung bisa ada disekitar rumahnya
“aku mau menemui Baro. Kajja..” jawab Jinyoung seraya menyodorkan lengannya pada Jo yang terlihat masih terlihat kesakitan.
Jo melihat Jinyoung dengan mata bertanya-tanya. Ia tidak mengerti maksud Jinyoung saat menyodorkan lengannya pada Jo.
“aku tidak bisa menggendongmu karena punggungku baru saja sembuh, aku hanya bisa meminjamkan lenganku... lihat kakimu..” ujar Jinyoung santai, melihat Jo yang masih terdiam Jinyoungpun meraih tangan Jo dan menggantungkannya di lengannya. “berpeganglah agar kau tidak jatuh lagi..” lanjut Jinyoung seraya menuntun Jo pulang.
“waaahhh.. bagaimana bisa kau selalu dalam masalah saat bertemu denganku.. apa aku harus menolongmu setiap saat..” Goda Jinyoung pada Jo yang masih berjalan terpincang disampingnya. Jo semakin erat meraih lengan Jinyoung.
Jinyoung hanya tersenyum melihat ulah Jo.
###
Sekolah hari ini dilalui Jo dengan sangat berat, ia bahkan tak dapat menyapa Minjae dengan leluasa. Walaupun Minjae masih berbicara dengannya dan tersenyum dengannya, namun rasanya sangat berbeda. Ia benar-benar kehilangan Minjae yang dulu. Berulang kali Jo menarik nafas berat dan menelungkupkan kepalanya di atas meja kelasnya.
“Minjae ya.. jib-e kajja..” ajak Jo pada Minjae saat bel pulang usai berbunyi
“ah.. kau pulang saja dulu.. aku masih ada urusan..” jawab Minjae seraya mencoba tersenyum pada Jo.
“aah..” Jo pun berjalan perlahan meninggalkan Minjae. Ia masih harus sedikit terpincang karena insiden yang ia alami semalam.
Minjae mengamati kepergian Jo, ia bahkan menyadari langkah Jo yang sedikit terpincang.
“kau selalu tidak hati-hati..” gumam Minjae pelan. Minjae menyadari bahwa sejak awal Jo hanya menyukai Jinyoung, tak ada yang lain. Minjae menyadari bahwa dirinya hanyalah sebatas sahabat untuk Jo, tak lebih. Namun Minjae tak bisa menahan diri untuk tidak mengungkapkan perasaanya pada Jo, walaupun ia tahu bahwa ia hanya akan mendapat penolakan.
Jo duduk sendiri di ujung kursi yang ada di halte depan sekolahnya.
“kau tidak pulang bersamanya..?” tanya Jinyoung yang tiba-tiba duduk disampingnya.
Jo mendongakkan kepalanya,
“ah.. anniya..” jawab Jo pelan.
“kakimu bagaimana..?” tanya Jinyoung lagi
“sudah lebih baik.. gomawo oppa untuk semalam..”
Jinyoung terdiam melihat kesedihan yang tergambar di raut wajah Jo. Sebenarnya jika harus berkata jujur, Jinyoung menyaksikan semua yang terjadi di taman dekat rumah Jo antara Jo dan Minjae semalam. Ia menyaksikan bagaimana Minjae mengakui perasaanya dan mendapat penolakan dari Jo. Namun ia memilih diam. Sebenarnya semalam ia memutuskan untuk tidak ikut campur dan tidak akan berada di antara kedua sahabat tersebut. Namun melihat wajah sedih Jo membuat Jinyoung tak bisa diam begitu saja. Mungkin kali ini ia akan benar-benar membawa Jo dalam hidupnya. Ia melihat dari kejauhan Bus yang akan mereka tumpangi akan segera tiba. Jinyoungpun segera berdiri dan mengulurkan tangannya tepat di depan Jo
“dengarkan aku.. aku tahu bahwa kau selalu ceroboh dan membuat masalah, geun-de.. naneun joha-e.. naneun neomu joha.., apapun yang kau lakukan joha-e.. aku ingin kau datang padaku Jo.. jika kau bersedia datang dalam hidupku genggam tanganku sekarang, bus yang kita naikin akan segera tiba.. ayo masuk bersama dan memulai semuanya berdua.. tapi aku tidak akan memaksamu.. jika kau tidak ingin bersamaku.. aku hanya akan menjadi teman kakakmu, tak lebih “ Jinyoung akhirnya mengungkapkan perasaanya di depan Jo. Jo terpaku menatap Jinyoung masih masih berdiri dengan uluran tangannya.
Bus yang mereka tumpangi telah sampai. Pintu Bus terbuka perlahan, beberapa orang kelaur dari Bus. Jinyoung masih menunggu jawaban Jo. Jo masih menatap lekat kearah Jinyoung yang masih tersenyum menatapnya. 


Jo perlahan tersenyum dan mengulurkan tanganya ke arah tangan Jinyoung. Jinyoung menggenggam erat tangan mungil Jo,
“kajja..” ajak Jinyoung seraya menggenggam erat tangan Jo menaiki bus bersama.
Bus mulai berjalan meninggalkan halte tersebut, bayangan Minjae dari balik kaca halte terpantul jelas. Ia  melihat Jo yang telah pergi menggenggam erat tangan Jinyoung.





Jumat, 20 April 2018

Hijab Tak Menghalangiku Berolahraga

Olahraga ?? Why Not !!

Minggu pagi merupakan saat yang tepat untuk menghabiskan waktu dengan berolahraga setelah seminggu penuh beraktivitas di tempat kerja, sekolah, maupun bangku kuliah. Olahraga memberikan banyak manfaat untuk menjaga ketahanan tubuh kita. Bagi para orang tua yang sudah mulai mengalami penurunan stamina tentunya paham betul akan pentingnya berolahraga. Karenanya untuk anak muda dianjurkan berolahraga agar tetap fit hingga hari tua nanti. Namun masalah yang muncul dewasa ini adalah jarangnya anak muda yang sadar betul akan pentingnya olahraga. Apalagi para mahasiswa yang notabennya tinggal jauh dari rumah orang tua. Kebanyakan mahasiswa suka menyepelekan kegiatan olahraga dengan berbagai macam alasan. Misalnya saja kaum hawa yang terkadang menjadikan hijab sebagai kambing hitam untuk menghindari olahraga. Namun kenyataanya hijab bukanlah penghalang bagi wanita untuk dapat melakukan olahraga. Hijab bukanlah tabir yang membatasi gerak kaum hawa dalam melakukan kegiatan yang bersifat positif. Contohnya saja dengan berhijab tak menghalangi gerak kita sebagai wanita dalam mengikuti gerakan senam pagi, hijab juga tak mengganggu semangat kaki kita dalam mengayuh sepeda menyusuri jalan setapak seraya menikmati manfaat sinar mentari pagi hari, hijab juga tak membuat surut lompatan kita dalam menangkap operan kock badminton, dan hijab tak menghalangi langkah kita dalam berlari maupun melakukan kegiatan olahraga lainnya. Hijab bukanlah alasan yang dapat menghentikan misi kita dalam menjaga kesehatan tubuh dengan berolahraga secara rutin.
Aku sendiri merupakan seorang pelajar yang tinggal jauh dari orang tua. Pesan dari orang tua tentulah ingin aku selalu dalam keadaan sehat walafiat. Salah satu kegiatan yang rutin aku lakukan tiap minggu pagi adalah lari pagi mengitari area kampusku yang cukup luas. Tak hanya aku yang berlari diminggu pagi, banyak penghuni kampus lainnya yang juga turut meramaikan kegiatan tersebut. Tentu saja hal tersebut membuatku merasa tak sendirian, jadi nggak kelihatan banget jomblonya (hehehe). Lari pagi membuat kaloriku banyak terbakar dan keluar menjadi aliran keringat. Tentu saja aku berlari mengelilingi sederetan gedung kampusku menggunakan hijab, karena bagiku hijab itu wajib ya.. Karena hijabku cukup lebar, saat aku berlari menyusuri beberapa setapak kecil yang ada di taman salah satu fakultas, bagian belakang hijabku tersangkut salah satu ranting tumbuhan hias yang ada di taman tersebut. Sungguh banyak yang menertawakanku saat itu. Kalau dibilang malu, aku sangat malu waktu itu. Namun jika aku berhenti berlari dan kembali pulang, orang akan semakin mempermalukanku. Aku putuskan untuk merapikan hijabku kembali dan lanjut berlari. “Cuek” merupakan pilihan yang ada dibenakku saat itu. Walaupun sempat terdengar suara netizen disekelilingku yang berbisik “mbaknya lari pagi kok pakek jilbab gedhe banget” yang artinya “kakak tersebut lari pagi kok memakai jilbab yang ukuran besar”, namun suara tersebut aku anggap sebagai angin belaka. Aku percaya bahwa hijab bukanlah penghalang untukku terus berlari.
Hal tersebut menunjukkan bahwa asumsi tentang hijab yang dianggap sebagai retorika yang membatasi aktifitas bernilai positif bagi kaum wanita seperti berolahraga tentunya salah besar. Hijab pada dasarnya merupakan persoalan prinsip masing-masing individu. Memilih untuk berhijab bukan berarti telah menutup diri dari semua kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik tubuh kita. Hijab merupakan point positif yang menjadi nilai plus dan dapat meningkatkan kepercayaan diri kaum hawa. Karenanya para wanita berhijab diluar sana harus percaya bahwa semangat berhijab juga bisa menjadi semangat dalam rutinitas berolahraga demi mendapat manfaat terbaik untuk kesehatan tubuh kita. Jadi, siapa bilang hijab dapat menghalangi langkah untuk berolahraga..? No Way !! Karenanya sekarang kita mendapat kesempatan untuk membuktikan bahwa hijab tak menghalangi kita dalam berolahraga dengan mengikuti event Hijaberlari berikut ini ..
Link Pendaftaran Hijaberlari : bit.ly/hijaberlari
Info event Hijaberlari dapat dibaca di: bit.ly/salihaid