“Akhirnya.. kita satu kelas kembali..” Jo
berkata riang pada Kristal sahabatnya yang kini kembali berada dala kelas yang
sama, kelas baru, tahun pertama di SMA DAEHAN seoul. SMA favorit yang hanya
menerima siswa-siswi berprestasi.
Kristal menanggapi ucapan Jo dengan tawa
riang. Dua sahabat tersebut berjalan menyusuri koridor sekolah barunya. Karena
terlalu bahagia keduanya bahkan tak melihat jalan yang mereka lalui.
Jo menghentikan langkahnya saat
disadarinya dirinya menabrak bahu bidang seorang siswa. Jo menoleh ke arah
sosok siswa yang ditabraknya. Seorang siswa berwajah tampan, dingin,
kharismatic, dan bisa dibilang siswa terpopuler, terkaya di SMA DAEHAN , Luhan.
Jo terperanga oleh sosok tersebut, bahkan
bibirnya tak dapat menutup melihat sosok yang ada didepannya. Luhan dengan
arogannya melihat tajam ke arah Jo.
“Tsk..” desah Luhan seraya menyingkir dari
depan Jo dan kembali berjalan berlainan arah dengan Jo.
“ya~..” Kristal mengejutkan Jo.
“pangeranku...” ujar Jo samar.
“mwo..?”
“aku yakin.. dia pangeranku.. dia ..
hahay..” Jo berseru cukup riang.
Kristal hanya menggeleng-geleng melihat
ulah Jo.
FLASHBACK
#first meet with Luhan
2
YEAR AGO
“oppa..aku
akan segera pulang jangan khawatir..” Jo berjalan di setapak seoul seraya
menjawab telpon dari Kai, kakak satu-satunya tepatnya keluarga satu-satunya
yang dimiliki Jo. ~(orang tua Kai dan Jo meninggal saat usia Kai 13 tahun, dan
Jo tentu masih 11 tahun, dua tahun dibawah Kai. Harta yang ditinggalkan orang
tuanya hanya sebuah rumah yang telah sah atas nama keduanya. Kai bekerja paruh
waktu untuk menghidupi biaya hidup Jo dan dirinya. Bagi Kai hal terpenting adalah
adiknya, Jo. Dan begitupula bagi Jo, hal terpenting adalah kakaknya, Kai)~
“arasso..”
kembali Jo mejawab ucapan Kai dari ponselnya. Jo menutup ponselnya dan terus
berjalan riang untuk pulang.
“Kya..”
Jo menjerit seraya menghentikan langkahnya tepat dibawah Pohon besar saat Jo
menyadari ada sosok yang melompat dari atas pohon disertai dengan daun-daun dan
ranting-ranting yang ikut berjatuhan.
Jo
benar-benar tercekat saat melihat sosok didepannya. Sosok yang berwajah
pangeran bagi Jo yang saat itu masih menduduki kelas 2 SMP.
Sosok
itu berjalan mendekati Jo perlahan. Anehnya bahkan Jo tidak bisa menggerakkan
kakinya untuk menghindari sosok tersebut.
Sosok
tersebut kini berada tepat didepan Jo. Jo merasakan jantungnya akan meledak
saat itu. Sosok yang tak dikenal Jo itu mengangkat tangannya dan mengambil
sesuatu yang ada di atas rambut Jo.
“ini
ada ulat..” ujar sosok itu manis seraya membuang ulat yang baru saja ia ambil
dari rambut Jo.
“mianhe...
aku tidak tahu kalau ada orang dibawahku..” ujar sosok itu seraya tersenyum
manis pada Jo.
Benar-benar
meledak jantung Jo saat itu.
“aku
pergi.. hati-hati saat berjalan pulang” lanjut sosok bersuara manis tersebut
meninggalkan Jo yang mash tercekat berdiri merasakan debaran didadanya.
Itulah saat yang terlintas di pikiran Jo
saat melihat Luhan kala itu, Jo yakin bahwa Luhan adalah sosok pangeran yang
dicarinya selama ini. Yang berbeda hanyalah aura dingin yang Jo rasakan dari
tatapan mata Luhan.
“dia adalah Luhan, siswa tahun
ketiga ~satu kelas dengan Kai~ siswa terkeren dan terkaya di
sekolah ini..” ujar Kristal pada Jo “dia putra tunggal, tepatnya pewaris
tunggal.. orang tuanya meninggal 2 tahun yang lalu karena kecelakaan.. dai
digemari banyak wanita..” Lanjut Kristal seraya melihat ke arah Luhan yang
terus berjalan di belakang mereka.
“ah..” Jo terlihat antusias
“oppa....” terlihat seorang gadis mendekat
dan meraih tangan Luhan. Namun dengan cepat Luhan menyingkirkan tangan gadis
tersebut.
“ya~ bukankah itu victoria dari kelas
kita..?” tanya Jo pada Kristal saat menyadari bahwa gadis yang mengikuti Luhan
adaah wajah tak asing yang berada satu kelas dengannya.
“itu Victoria..” jawab Kristal “Dia adalah
siswi terpopuler saat di SMPnya dulu.. dia kabarnya juga siswi terkaya, setara
dengan Luhan. Dia sangat angkuh, sombong, dan dia selalu berada disisi Luhan.
Dia seperti ruba... tsk.. tsk.. “ lanjut Kristal serius
Jo hanya mengangguk pelan, lalu tersenyum
kecil melihat Kristal
“Ya~..” Jo meraih lengan Kristal lalu
menyipitkan kedua matanya ke arah kristal
“mwoya..?”
“apa kau paparazzi..? tsk.. bahkan kau
tahu semuanya..” ujar Jo pada Kristal diikuti tawa riangnya.
“mwo..?”
“kajja..” ajak Jo kemudian pada Kristal.
“Jo..-a..” terdengar suara Kai memanggil
Jo
“oppa..” sahut Jo senang saat melihat
wajah Kai
“ya~.. aku akan pulang dengan uri oppa..”
pamit Jo ke Kristal.
“kau pasi senang bisa satu ekolah dengan
Kai oppa..” ejek Kristal
“mollayo..? :D” Jo membalas ejekan Kristal
seraya melangkah pergi menuju Kai.
“ya~..” Kristal berteriak pada Jo.
>>>
Malam itu, Jo berada di rumah makan
jajangmyun, tempat Kai berkerja aruh waktu pulang sekolah.
“wah.. Massyta..” ujar Jo lega setelah
menghabiskan semangkuk besar jajangmyun.
“ya~.. kau harus segera pulang.. belajar
dan segera tidur..” ujar Kai seraya dengan cepat mengambil mangkuk-mangkuk baru
untuk diisi jajangmyun yang baru pesanan para pelanggan.
“arasso..” balas Jo cepat
“dan kau tidak perlu setiap malam kesini
untuk melihatku.. “
“siapa bilang aku ingin melihatmu.. aku
hanya ingin makan gratis..” ejek Jo
“.. kami senang kau sering datang
kesini..” sahut ahjumma pemilik rumah makan jajangmyun tersebut. -~Jo
selalu menerobos masuk dan makan jajangmyun di dapur tempat Kai menyiapkan
Jajangmyun dan tempat ahjumma melihat-lihat kerja pegawainya, Kai adalah
pegawai termuda sekaligus pegawai kesayangan Ahjumma, Ahjumma juga sangat
menyukai Jo karena keceriaan Jo, ahjumma telah menganggap Kai dan Jo sepert
anak mereka sendiri~-
“kamsa hamnida ahjumma..” balas Jo sopan
seraya menundukkan kepalanya.
Ahjumma kembali berkeliling meninggalkan
Jo.
“oppa.. aku pergi dulu..” pamit Jo
“langsunglah pulang .. dan cepat tidur..”
seru Kai bahkan tanpa melihat adiknya karena kerasnya bekerja.
Jo tersenyum melihat kakaknya yang begitu
keras bekerja, dan segera melangkah pulang.
“hati-hati..” teriak Kai dari dalam.
Jo menyusuri setapak Seoul yang biasa ia
lewati dari rumah makan Jjangmyun menuju rumahnya.
Ia berhenti didepan gang kecil yang tak
jauh dari rumahnya. Terdengar suara segerombolan pemuda yang sedang berkelahi.
Jo menengok ke gang tersebut dan ia dapati seorang pemuda tak berdaya karena
dipukuli oleh 3 orang pemuda setempat yang Jo kenal betul siapa mereka, 3
pemuda yang biasa buat olah di wilayah Jo.
“ya~ kalian.... “Jo berteriak pada 3
pemuda tersebut. ~3 pemuda ugal-ugalan tersebut sangat takut pada Kai.
Dan mereka sudah pernah mendapat pukulan empuk dari Jo sendiri.~
Sontak ke tiga pemuga tersebut menoleh ke
arah Jo.
Jo meniup poninya pelan.
“kalian belum puas
kuhajaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrr..” teriak Jo seraya melompat dan berhasil
menapok salah satu muka dari tiga pemuda tersebut dengan telapak sepatunya yang
keras. Dua lainnya yang mengetahui Jo lari terbirit-birit. Sedang yang satu
kesakitan memegang wajahnya seraya mengikuti langkah lari kedua temannya.
Jo kembali meniup poninya tanda kepuasa
sendiri, Jo menepuk-nepuk tanganya pelan tanda ~pekerjaan telah beres~
Jo menoleh pada pemuda yang wajahnya memar
dan sedikit ada darah di mukanya. Jo terkejut saat dikenalinya tatapan mata
itu.
“Luhan ..” batin Jo.
“gwanchana..?” tanya Jo sedikit panik saat
melihat keadaan Luhan.
Jo mencoba membantu Luhan berdiri namun
segera Luhan menampik bantuan Jo.
~dia masih bersikap sangat dingin~
“ya~.. “ Jo masih mencoba membantu Luhan
yang terlihat begitu kesulitan.
“aku bisa sendiri..” ujar Luhan dingin.
“bagaimana bisa kau sendiri..? tsk tsk..
lihat keadaanmu..” Jo tidak peduli dengan sikap dingin Luhan dan terus berusaha
membantu Luhan.
Luhan menatp tajam ke arah Jo yang tidak
mempedulikan tatapannya.
“rumahku sudah dekat dari sini.. kajja... akan
kubersihkan lukamu..” Jo mengajak Luhan pelan
“anniyo..” sela Luhan masih begitu dingin.
“tsk tsk.. aigoo.. kenapa kau keras kepala
sekali.. bagaimana bisa orang pulang dengan keadaan seperti ini.. Ya~..” Jo
sedikit berteriak pada Luhan dan tidak peduli reaksi Luhan segera membantu
Luhan berjalan dan membawanya menuju rumahnya.
Luhan sedikit terkejut
~bagaimana bisa seorang wanita berani
berteriak padaku,, bukankah dia gadis bodoh yang aku temui disekolah tadi
pagi..?? bagaimana bisa dia menolongku..?? wah.. gadis ini benar-benar..
jeongmal...~ batin Luhan terus menggerutu saat Jo membatunya berjalan namun
Luhan tidak bisa menolak karena kondisinya sendiri.
>>>
Jo membersihkan pelan luka Luhan. Luhan
yang duduk di ruang tamu rumah Jo melihat sekeliling rumah Jo yang benar-benar
5 kali lebih kecil dari rumah meganya.
“mungkin kau merasa malu ditolong oleh
orang sepertiku kan..? jangan khawatir,, kejadian memalukan ini akan aku
rahasiakan dari sekolah.. “ ujar Jo seraya membersihkan darah yang ada di ujung
bibir Luhan.
“ouch..” keluh Luhan saat kulit wajahnya
merasa nyeri oleh air dingin dan obat yang berikan Jo.
“appo.?” Jo dengan segera menjauhkan
handuk yang dibawanya dari wajah Luhan.
“ya~ bagaimana bisa seorang laki-laki
tidak bisa tahan sakit ..” protes Jo cepat.
“mwo..?” Luhan terkejut dengan tanggapan
Jo
“tahan sebentar..” uca Jo seraya kembali
melanjutkan membersihkan luka Luhan.
Luhan menatap lekat Jo yang benar-benar
ada didepan wajahnya. Mata Jo tajam memperhatikan Luka Luhan. Baru kali ini ada
yang memperhatikannya seperti itu. Entah mengapa Luhan merasa bingung akan
dirinya. Ia merasa sedikit gugup begitu saja. Luhan mengalihkan pandangannya
mencoba menahan debara jantungnya. Luhan menyipitkan matanya pada sebuah foto
yang terpampang di dinding rumah Jo.
“bukankah itu kai...?” batin Luhan. “ada
hubungan apa gadis ini dengan Kai..?” Luhan semakin penasaran oleh pertanyaan
yang tmbul dibenaknya
“sudah selesai..” ujar Jo seraya tersenyum
manis didepan Luhan. “besok pasti sudah kering lukamu..” lanjut Jo.
“itu.. Kai..?” Luhan memberanikan bicara
karena rasa penasarannya yang amat besar.
Jo melihat ke arah foto yang ditunjuk oleh
mata Luhan.
“ah.. uri oppa..” jawab Jo enteng
“bukankah dia satu kelas denganmu..?” Jo melanjutkan bertanya
“a.. mm..” jawab Luhan singkat
“tsk.. apa kau bisa berjalan pulang..?
keadaanmu.. anni anni anni.. bagaiman cara au ulang kalau begitu..? ottoke..?..
“ Jo memperhatikan seluruh Luka dengan khawatir.
Luhan tersenyum kecil melihat tingkah Jo.
“ini..” Luhan mengeluarkan ponselnya dan
menghubungi supir pribadinya untuk segera menjemputnya. ~walaupun Luhan ke
sekolah bawa motor sendiri, tapi dia juga punya supir pribadi~
>>>
“oppa..” Victoria dengan panik keluar dari
mobil dan menuju ke arah Luhan yang sudah menunggu didepan rumah Jo didampingi
oleh Jo.
“kenapa kau ikut..?” tanya Luhan terkejut
“kudengar kau menyuruhnya menjumputmu..
kau pasti dalam masalah..” jawab Victoria cepat seraya meraih tangan Luhan dan
berdiri menyeringai ditengah Jo dan Luhan.
“apa kau sakit..?? bagaimana bisa wajahmu
seperti ini..?? kajja kita ke dokter..” ujar Victoria cepat
“gwanchana.. kajja..” seringai Luhan
seraya mengabaikan Victoria dan segera masuk ke dalam mobil.
Victoria menoleh ke arah Jo sejenak, Jo
tersenyum kecil pada Victoria.
“annyeong..” sapa Jo pelan pada Victoria.
Victoria hendak bicara sampai Luhan
memanggilnya “palli Kajja.. “
“ya~.. kita masih ada urusan” ujar
Victoria pada Jo seraya berbalik cepat masuk ke dalam mobil.
Mobil melaju perlahan menjauhi rumah Jo,
Jo masih berdiri didepan rumah seraya melihat ke arah mobil Luhan yang menjauh
~semoga kau lekas membaik~ batin Jo
~cepatlah masuk rumah,, kau bisa
kedinginan diluar~ batin Luhan yang masih melihat Jo dari spion mobilnya.
>>>
Jo segera berlari keluar kelas saat bel istirahat
berbunyi. Ia berlari cepat menuju toilet sekolah.
Luhan berjalan dingin seperti biasa menuju
kelas Jo. Langkahnya terhenti saat ia melihat Jo berlari tergesa-gesa. Ia
menyipitkan matanya, lalu menarik nafas pelan dan mulai berjalan agak cepat mengikuti
langkah Jo. Luhan menghentikan langkahnya dan berdiri bersandar pada dinding
luar toilet perempuan.
~apa yang dia lakukan didalam..? kenapa
lama sekali..?~ batin Luhan menunggu Jo.
Jo keluar dengan wajah leganya.
“noe...??” Jo sedikit terkejut melihat
Luhan berada diluar.
Jo menengok ke dalam toilet.
~sudah tidak ada orang...siapa yang dia
tunggu?? Apa dia menungguku..??~ batin Jo dengan wajah penasaran.
Luhan bermain dengan pandangannya, kadang
ia memandang ke atas, memandang kesamping, menyipitkan matanya, kadang pula
berdecak kecil.
“waeyo..?” tanya Jo pelan
Jo memperatikan luka yang ada diwajah
Luhan.
“noe gwanchana..?” tanya Jo seraya
memegang wajah luhan dan melihat bekas luka memar di sekitar mulutnya.
Luhan tersentak, dengan polosnya Jo memperhatikan
bekas lukanya, dan kini Jo terlihat sangat dekat dengan wajah Luhan.
“oppa...” tiba-tiba terdengar suara
Victoria mencari Luhan
“kau melihat Luhan oppa..?” tanya Victoria
pada salah satu siswi.
“anni..”
Suara kencang Victoria membuat Luhan sedikit
panik
~tidak saatnya kau datang~ batin Luhan
yang dengan reflek membungkam mulut Jo dengan telapak tangannya dan membawa Jo
masuk ke dalam salah satu kamar di dalam toilet putri.
Luhan berdiri begitu dekat didepan Jo
masih dengan membungkam mulut Jo, Jo bersandar didinding kamar toilet yang
cukup sempit jika ditempati dua orang.
Luhan masih terlihat was-was dengan terus
melihat ke arah pintu kamar toilet yang tertutup dan memasang telinga mencoba
mendengarkan apa victoria benar-benar semaki dekat atau ia sudah bisa keluar.
Victoria masuk kedalam toilet, ia melihat
sekilas salah satu pintu kamar toilet yang tertutup, victoria berdiri didepan
cermin toilet.
“wah wajahku terlihat sedikit kusam,,
sepertinya aku harus mendapatkan vitamin baru untuk wajahku.. Luhan oppa akan
lari jika wajahku seperti ini terus..” ujar Victoria dengan memegang kulit
wajahnya.
Luhan masih merasa was-was, ia masih tidak
menoleh dan sedikit tidak sadar dengan Jo yang ada tepat didepannya dengan
mulut tertutup oleh tangannya.
“Noe.............” Luhan mencoba berbicara
sangat pelan bahkan bisa dikatakan berbisik pada Jo namun terhenti saat
menyadari Jo berada sangat dekat dengannya. Jo hanya mengedipkan matanya
didepan Luhan. Luhan melepas pelan telapak tangannya. Jo terlihat bernafas
lega.
Luhan merasakan kakinya membeku, aliran
darahnya terhenti, jantungnya ingin meledak. Ia tidak pernah merasakan ini
sebelumnya. Waeyo..???
Jo menghentikan kelegaanya saat ia
menyadari Luhan menatapnya tepat didepannya. Jo merasakan apa yang kini
dirasakan Luhan. Mereka sangat dekat dan tak tahu apa yang harus dilakukan
sekarang. Jo mengedipkan matanya cepat
~sadarlah Jo~.. batin Jo
“ya~.. apa dia sudah pergi..?” Jo mencoba
memecah suasana dengan bertanya pelan.
Seolah tersadar Luhan mencoba kembali
mendengarkan suasana luar ..
Luhan membuka pintu kamar toilet pelan,,
“kajja..” Luhan menggenggam tangan Jo
tanpa sadar dan membawa Jo keluar toilet pelan.
“wooohh....” Jo bernafas sangat lega saat
ia telah berada diluar toilet menghirup udara luar.
Jo melihat tangannya yang digenggam erat
oleh Luhan dan mencoba melepaskannya. Luhan yang juga baru menyadarinya segera
melepaskan genggaman tangannya.
“aku kembali dulu..” pamit Jo tiba-tiba
Jo berbalik dan melangkah pelan
“ya~..” Luhan mencoba menghentikan Jo.
Jo menoleh ke arah Luhan
“gomawo...” terucap pelan dari mulut
Luhan. Dengan cepat Luhan berbalik dan kembli melangkah dingin dengan kerennya
menuju kelasnya.
Jo berjalan ria menuju kelasnya.
~omooo..~ batin Jo, ia menghentikan
langkahnya saat dilihatnya Kai berada didepan kelasnya, namun kali ini bukan
menunggu Jo seperti biasanya.
~oppa... menyukai gadis itu..?~ batin Jo
terkejut, dilihatnya Kai sedang diluarberbincang dengan Victoria. Namun kali
ini Kai terlihat berbeda dimata Jo. Walau Victoria mencoba menghindar dari Kai.
Kai berusaha untuk dapat terus berbincang dengan Victoria.
>>>
“ah.. waeyo..??” Victoria mengelak saat
Kai mencegatnya masuk
“ya.. kau victoria kan..?” Kai
mencoba menghalangi Victoria.
Victoria menarik nafas panjang
“nhe.. wae..?” tanya Victoria dengan nada
tinggi.
“naega... mm.. nae.. kai imnida..” Kai
merasa kebingungn harus bicara apa.
Victoria memandang Kai dengan mata
sombongnya.
“aku melihatmu kemarin,, dan aku melihatmu
tadi keluar dari kelasku..”
“kelasmu..?”
“nhe..~ angkatan tiga..”
“ah... aku ke sana tidak mencarimu..” ujar
Victoria masih dengan sombongnya
“arasso... hajiman,,, mm..” Kai kesulitan
untuk mengutarakan maksudnya
“waeyo..?” Victoria berbicara cukup keras.
“kau menarik perhatianku tadi..” Kai
mencoba untuk jujur.
“apa aku menyukaiku..?” tanya Victoria
secara langsung, bahkan dengan nada arrogan
“mwo..?”
“baiklah.. kalau tidak.. lagi pula aku
juga tidak menyukaimu..” Victoria mencoba pergi dari depan Kai
“ya.. ya`.. ya~..” Kai mencoba menghalangi
Victoria
“mwogere..?” Victoria kini merasa sedikit
kesal
“naega.. nae...” kai kembali merasa sangat
sulit untuk bicara bahwa dia menyukai Victoria.
“nae.. Luhan oppa Chuaa..,, kereosso..
Ga..” ujar Victoria dengan entengnya .
“hajiman...”
“nae,, Luhan oppa yeojachingu.. aku juga
calon istri Luhan oppa.. “
“hajiman.. sepertinya Luhan tidak
menyukaimu..”
“Luhan oppa hanya bisa denganku,, dia
hanya boleh denganku.. arasso..? palli Ga..” Victoria segera pergi dari hadapan
kai dengan arrogannya.
Kai menelan ludah pelan lalu berbalik dan
berjalan menuju kelasnya.
Langkahnya terhenti karena sebuah langkah
mungil didepannya. Kai mengangkat pandangannya
“oppa...” terlihat Jo dengan senyum
lebarnya.
“Jo-ah..” jawab kai sedikit lesu
“waeyo..?”
“anniyo..”
“oppa.. aku melihat semuanya tadi..” ujar
Jo pelan.
Kai hanya tersenyum kecil
“oppa.. , kalau oppa menyukainya ,, kau
harus berusaha mendapatkan hatinya.. “
“dia tidak tertarik pada oppa..”
“oppa...” Jo berteriak pada Kai “ sejak
kapan uri oppa patah semangat seperti ini..,, lagi pula dia belum menjadi milik
siapa-siapa.. oppa.. dengan kegigihanmu dia mungkin bisa berpaling padamu..”
ujar Jo
“jeongmal..?”
“ya~.. oppa Fighting..” Jo mencoba memberi
semangat pada Kai.
“aigooo..kau sudah semakin dewasa..” ujar
Kai seraya mengacak rambut Jo
“YA~...” Jo mengelak keras..
Kai hanya tertawa melihat Jo begitu kesal
karena dirinya.
>>>
Seperti biasa, Jo berjalan menyusuri
setapak seoul dengan perut kenyang menuju rumahnya.
Jo menghentikan langkahnya saat dilihatnya
Luhan berdiri bersandar di tiang listrik dekat rumahnya, ia memakai syal tebal
karena cuaca dingin malam itu,
Jo berjalan mendekati Luhan
“waeyo..?” Jo bertanya tiba-tiba membuat
Luhan sedikit terkejut meliht kedatangan Jo
“aku menunggumu” balas Luhan cepat
Jo menyipitkan matanya. Seakan mengerti
apa yang ingin ditanyakan Jo, Luhan segera meraih tangan Jo dan membawanya
berjalan menuju taman bermain kecil tak jauh dari rumah Jo.
Luhan duduk di salah satu dari dua ayunan
yang ada ditaman bermain tersebut, Jo mengikuti Luhan dengan rasa penasarannya.
Jo duduk di satu ayunan lain yang terletak tepat disebelah ayunan yang diduduki
oleh Luhan.
“bukankah ini menyenangkan..?” tanya Luhan
seraya menggerakkan ayunannnya. Luhan berayun dengan senyum lebar dibibir
kecilnya.
Jo tercekat melihat senyum Luhan tersebut,
~senyum itu kembali~ senym yang dijumpai Jo 2 tahun lalu, Jo benar-benar yakin
bahwa Luhanlah orang yang dicari Jo selama ini. Senyum terhangat yang pernah Jo
dapatkah dulu kini benar-benar ia lihat didepan matanya, bersama dirinya senyum
tersenyum terbang, bersama dirinya senyum tersebut ada, Jo berharap dirinyalah
yang melukis senyum tersebut. Jo benar-benar terpukau oleh Luhan.
“waeyo..?” Luhan bertanya pada Jo saat
menyadari Jo memperhatikannya lekat (masih dalam keadaan berayun)
“anniyo... hanya saja..” Jo mulai ikut
menggerakkan ayunannya dan berayun bersama Luhan
“wae..?” Luhan kembali bertanya
“senyumanmu mengingatkanku pada
seseorang.. “
“nuguya..?”
“hanya seseorang yang kebetulan kutemui
dijalan”
“mwo..?”
“aku .. aku bertemu seseorang ditengah
jalan 2 tahun yang lalu, ia mengambil ulat yang ada di kepalaku.. ia tersenyum
sehangat matahari,,ia benar-benar terlihat seperti kau.. jeongmal,, saat aku
bertemu denganmu pertama kali di sekolah kau benar-benar sedingin malam ,, itu
membuatku berpikir ~ah.. kau bukan dia~..tapi kali ini senyummu benar-benar
sehangat matahari,, dan itu membuatku berpikir bahwa kau benar-benar orang
itu.”
“aku kehilangan orang tuaku 2 tahun yang
lalu.” Luhan menghentikan ayunannya
Jo mengikuti Luhan berhenti.
“aku benar-benar tidak bisa tersenyum
setelah itu.. tidak sampai aku bertemu denganmu..” Lanjut Luhan seraya beralih
menatap Jo
Jo menelan ludahnya pelan.
Luhan berdiri dari ayunannya dan mendekat
ke arah Jo, duduk dengan salah satu Lutut di atas tanah tepat didepan Jo.
Jo merasa jantungnya benar-benar meledak
kali itu, ia bahkan tidak bisa berkata saat melihat Luhan tepat didepannya.
Luhan menggenggam kedua tangan Jo.
“saranghae..” Luhan mendekat ke arah Jo
dan mencium Jo pelan.
>>>
Victoria menutup mulutnya dengan kedua
tangannya saat ia melihat Luhan mencium Jo. Victoria merasa ia tak dapat
kembali bernafas saat melihatnya. Airmatanya jatuh begitu saja. Ia hanya
mencoba mengikuti kemana Luhan akan pergi. Tak disangkanya ia akan melihat hal
yang diinginnya.
Victoria menjauh dari tempat dimana ia
melihat Luhan dan Jo. Victoria melangkah gontai di setapak jalanan seoul. Ia
duduk di bangku pinggir jalan dan menangis dengan sendirinya.
Kai berjalan pulang seusai bekerja. Kai
merapatkan jaketnya karena suasana dingin malam itu,
Kai berhenti tepat di depan seorang gadis
yang sedang menangis seorang diri di pinggir jalan.
“victoria..?” Kai mencoba meyakinkan
penglihatannya.
Victoria yang melihat Kai didepannya
semakin mengeraskan tangisannya. Kai segera duduk disamping Victoria. Kai
mencoba menenangkan Victria. Kai memeluk Victoria erat. Merasa mendapat tempat
bersandar, Victoria semakin mengeraskan tangisannya di pelukan Kai.
“oppa....”
“ya~.. gwanchana..” Kai berusaha
menenangkan Victoria
“nae jeongmal Luhan oppa chuaa..
jeongmalyo...” Ujar Victoria disela-sela tangisannya
~jadi kau menangis karena Luhan?~ batin
Kai terbakar melihat gadis yang disukainya menangis didepannya karena pria
lain. Sia yang berani membuatmu menangis... kenapa Luhan.. kenapa kau harus
menyukai Luhan... Kai benar-benar tersayat melihat airmata Victoria.
Kai meneteskan airmata melihat tangisan
Victoria.
“ottoke oppa..?” Victoria kembali bersedu
di pelukan Kai.
“Gwanchana.” Kai menenangkan Victoria
pelan.
Akan kupastikan Luhan membayar airmatamu..
Kai terlihat benar-benar marah
>>>
Luhan selalu mengembangkan senyum di
kelas, ia memainkan pensilnya dengan mata berbinar. Entah apa yang disampaikan
oleh guru didepan kelas, yang ada dikepalanya hanya Jo.
Bel pulang berbunyi, Luhan merapikan
ranselnya dengan senyum.
Kai datang menghampiri Luhan, mata Kai
yang dipenuhi amarah, mata srigala yang siapa menerkam Luhan.
Kai menarik baju belakang Luhan. Luhan
segera meningkirkan tangan orang yang menariknya dari belakang. Luhan mencekram
erat tangan orang yang ada dibelakangnya. Luhan melepaskan cengkramannya karena
mengetahu Kai yang melakukannya.
Kai dengan sigap menarik kera baju Luhan .
“noe..” Kai berteriak keras didepan Luhan.
Kai menghantamkan kepalan tangannya tepat di pipi kanan Luhan, darah keluar
dari bibir bawah sebelah kanan Luhan. Luhan hanya diam saat kai memukulinya.
“apa yang kau lakukan pada Victoria..?”
Kai penuh amarah.
“kenapa kau membuatnya menangis..?”
Luhan menahan sakit wajahnya, ia tetap
menahan pukulannya karena mengetahui bahwa Kai adalah kakak Jo.
“kenapa kau menolaknya..??? kau tahu dia
sangat menyukaimu..?? arayo...?” Kai terus berteriak didepan Luhan
“kau menyukainya bukan..??? “ Luhan
mencoba bertanya dengan suara pelan menahan sakit
“victoria sangat menyukaimu.. kenapa kau
membuatnya menangis..??? kenapa kau melukainya..??? kau tahu betapa dia
menyukaimu..??? bagaimana bisa laki-laki sepertimu membuatnya menangis...??
YA~~...” Kai tak peduli pertanyaan Luhan dan terus menyerangnya
“kau menyukainya..dan aku menyukai orang
lain..” Luhan masih mencoba rasa sakit ada memar di wajahnya.
Semua siswa tidak ada yang berani melerai
karena mengetahu siapa Kai dan siapa Luhan.dua siswa yang paling ditakuti di
sekolah.
“mwo..?? kau masih berani bicara menukai
orang lain..??? “ Kai kembali melemparkan pukulannya. “siapa yang lebh baik
dari Victoria..?? HAH..????? wanita mana yang lebih baik dari pada dia..???
TIDAK ADA WANITA YANG LEBIH BAIK DARI VICTORIA ARAYO..?????”
Luhan menahan kepalannya cukup lama. Ia
akhirnya melepaskan pukulannya saat Kai berteriak tentang wanita yang
disukainya. Luhan memukul wajah Kai dengan keras.
Jo berlari menerobos kerumunan saat ia
mendengar Kai dan Luhan terlibat pertengkaran.
“hentikan....” Jo berteriak pada Luhan
yang siap kembali melemparkan pukulan untuk kesekian kalinya pada wajah Kai
yang sekarang terlihat memar dan sedikit berdarah di sekitar bibirnya.
Luhan mengarahkan pandangannya pada Jo
kemudian menurunkan tangannya yang siap memukul Kai. Luhan melangkah mundur
dari Kai.
“noe... apa yang kau lakukan..??” Jo
bertanya dingin pada Luhan
Luhan hanya diam, ia bahkan tak melihat ke
arah Jo.
“oppa.... gwanchana??” Jo bertanya pada
Kai. Jo segera membantu Kai berdiri dan memapahnya berjalan.
Jo menghentikan langkahnya saat akan
meninggalkan lokasi kejadian bersama Kai.
“kau tahu betapa berhaganya uri oppa
....????” Jo bertanya dingin (posisi membelakangi Luhan).
Kai mengarahkan pandangannya pada Jo
begitu juga dengan Luhan.ia kini melihat punggung Jo begitu dingin padanya.
“sekarang,, mulai sekarang,, kita akhiri
semua... kau dan aku” Jo segera melanjutkan memapah Kai yang benar-benar
terkejut mendengar apa yang dikatakan Jo.
Luhan tercekat mendengar penuturan
Jo. Ia segera mengambil reneselnya dan berjalan cepat bahkan melewati Jo
dan Kai yang berjalan agak pelan. Jo kembali menghentikan langkahnya saat
dilihatnya Luhan berjalan cukup tertatih dengan cepat dan menuju motornya. Jo
menghembuskan nafas panjang.
Kai melihat ke arah Jo yang benar-benar
kacau.
>>>
Jo membersihkan pelan luka Kai. Jo
membasuh pelan memar yang ada di pipi Kai. Kai segera meraih pergelangan tangan
Jo.
“kau dan Luhan..??” Kai mencoba bertanya
pada Jo.
“gwanchana oppa.. semua sudah berahir..”
Jo mencoba tersenyum menjawab pertanyaan Kai.
Kai tercekat dan teringat apa yang ia
katakan terakhir kali pada Luhan, yang membuat Luhan marah dan memukulnya.Kai
menelan ludah pelan saat menyadari betapa bodohnya dia. Bukan orang lain, bukan
wanita lain tapi adiknya sendiri.
“oppa... kau lebih berharga dari apapun..
jagalah dirimu..” Jo meneteskan airmata saat melanjutkan merawat luka Kai.
>>>
(play OST => EXO-baby
don’t cry)
Pukul 00:30 ; Jo’s House
Jo benar-benar tak dapat airmatanya. Ia
manahan suara tangisnya agar Kai tak mendengarnya.
Kai melihat betapa kacauya mata Jo. Betapa
ia begitu kehilangan Luhan.
Jo menarik nafasnya dalam.
~waeyo..?~ batin Jo pelan.
Pukul 00:30 ; Luhan’s House
Luhan duduk di atas lantai bersandar pada
ranjang tidurnya. ia menyandarkan kedua lengannya pada kedua lututnya.
Pintu kamar yang tak ditutupnya membuat
victoria dengan mudah masuk ke dalam kamarnya
“oppa.. ku dengar Kai memukulmu..??
gwanchana..?” Victoria berlari menuju Luhan.
Langkah victoria terhenti saat ia melihat
mata merah Luhan, ia melihat tetesan air mengalir perlahan dari mata Luhan
“oppa..” Victoria memanggil Luhan perlahan
Luhan segera bangkit.
“Kai sangat menyukaimu..pergilah.. aku
ingin tidur” Luhan segera membaringkan tubuhnya membelakangi Victoria yang
masih berdiri tercekat melihat Luhan
“oppa no jeongmal Jo chuaa..??” Victoria
mencoba bertanya pelan.
Luhan yang masih tersadar hanya diam dan
menarik nafasnya pelan.
Victoria melangkah mundur dan kemudian
pergi
~dia sangat menyukainya.. Luhan oppa
sangat menyukai Jo.. Kai oppa.. dia memukul Luhan oppa untukku..???
anwae..maldho anwae..~ batin Victoria.
>>>
Luhan membawa motornya pelan mengikuti
langkah Jo menuju sekolah. Jo bahkan tak menyadari Luhan ada dibelakangnya
mengawasi langkahnya. Jo bahkan tak dapat mendengar apapun, suara kebisingan
kendaraan hanya angin di telinganya, ia bahkan tak apat melihat lurus kedepan.
Hanya ada Luhan di pikirannya.
Kaki Jo menabrak sebuah batu yang ada
didepannya. Ia hampir akan terjatuh. Jo benar-benar terkejut dan tersadar untuk
kemudian kembali berjalan. Begitu juga dengan Luhan ia benar-benar terkejut
saat dikiranya Jo akan terjatuh, Luhan segera enghentikan motornya dan membuka
helmnya. Pandangannya mengikuti langkah Jo.
>>>
Luhan menyandarkan tubuhnya pada dinding
salah satu korido sekolah, ia tahu saat istirahat kelas Jo selalu melewati
koridor tersebut.
Jo berjalan pelan melewati koridor
tersebut. Luhan segera mencegatnya dan berdiri di depannya, Luhan mengamati
kaki Jo pelan
“kakimu.. gwanchana..??” Luhan bertanya
pelan
“waeyo..?” Jo bertanya dingin pada Luhan.
Luhan tercekat, dan memandang tajam Jo.
Jo merasa tak perlu ada pembicaraan lagi.
Jo segera berlalu melewati Luhan. Luhan menahan Jo, ia menggenggam erat
pergelangan tangan Jo, dan kemudian menariknya dalam pelukannya. Jo terkejut
dan segera melepaskan dirinya dari Luhan.
Jo menajamkan pandangannya pada Luhan lalu
menampar pipi Luhan.
“mwogere..??? kau.. kau benar-benar tak
tahu malu..” Jo bukan hanya menampar pipi Luhan tapi juga menampar perasaan
Luhan dengan perkataan kerasnya dan meninggalkan Luhan dengan dinginnya
>>>
“oppa.. kau sudah pulang..?” Jo bertanya
pada Kai yang lebih dulu tiba dirumah
“ah... ye..” Kai mencoba tersenyum menjwab
pertanyaan Jo.
Kai begitu khawatir pada Jo. Ia terus
memperhatikan Jo saat Jo berjalan menuju kamarnya.
Kai menarik nafasnya panjang lalu berjalan
menuju kamar Jo.
“Jo-ah..” Kai memanggil Jo.
“hmm..?”
“Luhan...” Kai menghentikan ucapannya
“gwanchana oppa.. aku sudah berakhir
dengannya” jawab Jo dengan senyuman terpaksanya.
“anniyo...”
“mm..??”
“dia sangat menyukaimu..”
Jo tercengang mendengar perkataan Kai.
“dia sangat menyukaimu...” Kai melangkah
mendekati Jo “dia benar-benar menyukaimu..”
“dan aku sangat menyukai oppa... dia teah
memukul oppa..”
“dia memukul oppa karena kau.. karena
Luhan sangat menyukaimu..mianhe..” Kai memeluk Jo
“oppa.. jeongmal molla.. kau dan Luhan..
oppa hanya menyuruhnya menyukai victoria..”
“bukankah oppa menyukai victoria...??” Jo
menyipitkan matanya
“oppa sangat egois mungkin,, oppa hanya
ingin victoria bahagia, bahkan oppa lupa dengan kebahagiaanmu.. mianhe..” Kai
menundukkan kepalanya didepan Jo.
“oppa....” Jo merasa nafasnya tersengal
setelah menyadari semuanya. “oppa..” Jo berdiri pelan
“oppa.. aku akan segera kembali.” Jo
segera berlari meninggalkan Kai.
Jo berlari cukup kencang menyusuri setapak
seoul
>>>
Jo menarik nafasnya .. ia mengatur
nafasnya karena berlari cukup kencang, ia berdiri tepat didepan rumah Luhan.
“maaf nona.. ada yang bisa saya bantu..?”
tanya penjaga depan rumah
“Luhan.. aku mencari Luhan..”
“Tuan muda tidak ada dirumah..”
“dimana dia..?” Jo bertanya masih dengan
nafas tersengal
“maaf nona, saya tidak tahu “ jawab
penjaga rumah sopan.
Jo segera berlari kembali menuju sekolah,,
ia mencari Luhan disetiap sudut sekolah yang masih ada beberapa anak yang belum
pulang. Jo tak mendapati Luhan disekolah..
Jo teringat taman dimana Luhan dan Jo
bersama. Jo kembali berlari menuju taman tersebut. Josampai tepat ditengah
taman, ia mengatur nafasnya. Ia melihat sekeliling taman. Benar-benar tak ada
orang.
Jo terduduk tepat ditengah taman. Ia
terlihat kelelahan, bukan hanya kakinya yang lelah, mata, perasaanya,
pikirannya, ia terlalu panik dan terlalu lelah.
“ottoke..?” desah Jo pelan.
“Kai bilang kau mencariku..” suara Luhan
dengan nafas tersengal-sengal karena berlari setelah menerima telfon dan Kai
dan mendengar bahwa Jo mencarinya.
Jo benar –benar terkejut dan segera
berdiri lalu menoleh kebelakang. Dilihatnya Luhan menahan Lututnya dengan nafas
tersengal. Luhan kembali berdiri tegak saat Jo melihatnya, Luhan masih dengan
nafas tersengal tersenyum ke arah Jo.
“Luhan-a..” Jo berkata lirih..
Luhan masih mengatur nafasnya, Jo segera
berlari ke arah Luhan . Luhan meraih Jo ke dalam pelukannya.
“ :-D “ Luhan benar-benar tertawa saat Jo
benar-benar datang padanya.
“ :-D “ begitu pula dengan Jo.
(play OST => EXO- 3.6.5 #part..... “oh
oh oh oh- 3-6-5 I’ll grab your handoh oh oh oh- 3-6-5 I won’t let it go...oh oh oh oh- 3-6-5 No matter what pain it is
oh oh oh oh- 3-6-5 I will make you forget about it
3-6-5 I will protect you")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar