Sabtu, 10 Oktober 2015

[FF] Come To Me

“Akhirnya.. kita satu kelas kembali..” Jo berkata riang pada Kristal sahabatnya yang kini kembali berada dala kelas yang sama, kelas baru, tahun pertama di SMA DAEHAN seoul. SMA favorit yang hanya menerima siswa-siswi berprestasi.
Kristal menanggapi ucapan Jo dengan tawa riang. Dua sahabat tersebut berjalan menyusuri koridor sekolah barunya. Karena terlalu bahagia keduanya bahkan tak melihat jalan yang mereka lalui.
Jo menghentikan langkahnya saat disadarinya dirinya menabrak bahu bidang seorang siswa. Jo menoleh ke arah sosok siswa yang ditabraknya. Seorang siswa berwajah tampan, dingin, kharismatic, dan bisa dibilang siswa terpopuler, terkaya di SMA DAEHAN , Luhan.
Jo terperanga oleh sosok tersebut, bahkan bibirnya tak dapat menutup melihat sosok yang ada didepannya. Luhan dengan arogannya melihat tajam ke arah Jo.
“Tsk..” desah Luhan seraya menyingkir dari depan Jo dan kembali berjalan berlainan arah dengan Jo.
“ya~..” Kristal mengejutkan Jo.
“pangeranku...” ujar Jo samar.
“mwo..?”
“aku yakin.. dia pangeranku.. dia .. hahay..” Jo berseru cukup riang.
Kristal hanya menggeleng-geleng melihat ulah Jo.
FLASHBACK #first meet with Luhan
2 YEAR AGO
“oppa..aku akan segera pulang jangan khawatir..” Jo berjalan di setapak seoul seraya menjawab telpon dari Kai, kakak satu-satunya tepatnya keluarga satu-satunya yang dimiliki Jo. ~(orang tua Kai dan Jo meninggal saat usia Kai 13 tahun, dan Jo tentu masih 11 tahun, dua tahun dibawah Kai. Harta yang ditinggalkan orang tuanya hanya sebuah rumah yang telah sah atas nama keduanya. Kai bekerja paruh waktu untuk menghidupi biaya hidup Jo dan dirinya. Bagi Kai hal terpenting adalah adiknya, Jo. Dan begitupula bagi Jo, hal terpenting adalah kakaknya, Kai)~
“arasso..” kembali Jo mejawab ucapan Kai dari ponselnya. Jo menutup ponselnya dan terus berjalan riang untuk pulang.
“Kya..” Jo menjerit seraya menghentikan langkahnya tepat dibawah Pohon besar saat Jo menyadari ada sosok yang melompat dari atas pohon disertai dengan daun-daun dan ranting-ranting yang ikut berjatuhan.
Jo benar-benar tercekat saat melihat sosok didepannya. Sosok yang berwajah pangeran bagi Jo yang saat itu masih menduduki kelas 2 SMP.
Sosok itu berjalan mendekati Jo perlahan. Anehnya bahkan Jo tidak bisa menggerakkan kakinya untuk menghindari sosok tersebut.
Sosok tersebut kini berada tepat didepan Jo. Jo merasakan jantungnya akan meledak saat itu. Sosok yang tak dikenal Jo itu mengangkat tangannya dan mengambil sesuatu yang ada di atas rambut Jo.
“ini ada ulat..” ujar sosok itu manis seraya membuang ulat yang baru saja ia ambil dari rambut Jo.
“mianhe... aku tidak tahu kalau ada orang dibawahku..” ujar sosok itu seraya tersenyum manis pada Jo.
Benar-benar meledak jantung Jo saat itu.
“aku pergi.. hati-hati saat berjalan pulang” lanjut sosok bersuara manis tersebut meninggalkan Jo yang mash tercekat berdiri merasakan debaran didadanya.

Itulah saat yang terlintas di pikiran Jo saat melihat Luhan kala itu, Jo yakin bahwa Luhan adalah sosok pangeran yang dicarinya selama ini. Yang berbeda hanyalah aura dingin yang Jo rasakan dari tatapan mata Luhan.
“dia adalah Luhan,  siswa tahun ketiga ~satu kelas dengan Kai~ siswa terkeren dan terkaya di sekolah ini..” ujar Kristal pada Jo “dia putra tunggal, tepatnya pewaris tunggal.. orang tuanya meninggal 2 tahun yang lalu karena kecelakaan.. dai digemari banyak wanita..” Lanjut Kristal seraya melihat ke arah Luhan yang terus berjalan di belakang mereka.
“ah..” Jo terlihat antusias
“oppa....” terlihat seorang gadis mendekat dan meraih tangan Luhan. Namun dengan cepat Luhan menyingkirkan tangan gadis tersebut.
“ya~ bukankah itu victoria dari kelas kita..?” tanya Jo pada Kristal saat menyadari bahwa gadis yang mengikuti Luhan adaah wajah tak asing yang berada satu kelas dengannya.
“itu Victoria..” jawab Kristal “Dia adalah siswi terpopuler saat di SMPnya dulu.. dia kabarnya juga siswi terkaya, setara dengan Luhan. Dia sangat angkuh, sombong, dan dia selalu berada disisi Luhan. Dia seperti ruba... tsk.. tsk.. “ lanjut Kristal serius
Jo hanya mengangguk pelan, lalu tersenyum kecil melihat Kristal
“Ya~..” Jo meraih lengan Kristal lalu menyipitkan kedua matanya ke arah kristal
“mwoya..?”
“apa kau paparazzi..? tsk.. bahkan kau tahu semuanya..” ujar Jo pada Kristal diikuti tawa riangnya.
“mwo..?”
“kajja..” ajak Jo kemudian pada Kristal.
“Jo..-a..” terdengar suara Kai memanggil Jo
“oppa..” sahut Jo senang saat melihat wajah Kai
“ya~.. aku akan pulang dengan uri oppa..” pamit Jo ke Kristal.
“kau pasi senang bisa satu ekolah dengan Kai oppa..” ejek Kristal
“mollayo..? :D” Jo membalas ejekan Kristal seraya melangkah pergi menuju Kai.
“ya~..” Kristal berteriak pada Jo.
>>> 
Malam itu, Jo berada di rumah makan jajangmyun, tempat Kai berkerja aruh waktu pulang sekolah.
“wah.. Massyta..” ujar Jo lega setelah menghabiskan semangkuk besar jajangmyun.
“ya~.. kau harus segera pulang.. belajar dan segera tidur..” ujar Kai seraya dengan cepat mengambil mangkuk-mangkuk baru untuk diisi jajangmyun yang baru pesanan para pelanggan.
“arasso..” balas Jo cepat
“dan kau tidak perlu setiap malam kesini untuk melihatku.. “
“siapa bilang aku ingin melihatmu.. aku hanya ingin makan gratis..” ejek Jo
“.. kami senang kau sering datang kesini..” sahut ahjumma pemilik rumah makan jajangmyun tersebut.  -~Jo selalu menerobos masuk dan makan jajangmyun di dapur tempat Kai menyiapkan Jajangmyun dan tempat ahjumma melihat-lihat kerja pegawainya, Kai adalah pegawai termuda sekaligus pegawai kesayangan Ahjumma, Ahjumma juga sangat menyukai Jo karena keceriaan Jo, ahjumma telah menganggap Kai dan Jo sepert anak mereka sendiri~-
“kamsa hamnida ahjumma..” balas Jo sopan seraya menundukkan kepalanya.
Ahjumma kembali berkeliling meninggalkan Jo.
“oppa.. aku pergi dulu..” pamit Jo
“langsunglah pulang .. dan cepat tidur..” seru Kai bahkan tanpa melihat adiknya karena kerasnya bekerja.
Jo tersenyum melihat kakaknya yang begitu keras bekerja, dan segera melangkah pulang.
“hati-hati..” teriak Kai dari dalam.
Jo menyusuri setapak Seoul yang biasa ia lewati dari rumah makan Jjangmyun menuju rumahnya.
Ia berhenti didepan gang kecil yang tak jauh dari rumahnya. Terdengar suara segerombolan pemuda yang sedang berkelahi. Jo menengok ke gang tersebut dan ia dapati seorang pemuda tak berdaya karena dipukuli oleh 3 orang pemuda setempat yang Jo kenal betul siapa mereka, 3 pemuda yang biasa buat olah di wilayah Jo.
“ya~ kalian.... “Jo berteriak pada 3 pemuda tersebut. ~3 pemuda ugal-ugalan  tersebut sangat takut pada Kai. Dan mereka sudah pernah mendapat pukulan empuk dari Jo sendiri.~
Sontak ke tiga pemuga tersebut menoleh ke arah Jo.
Jo meniup poninya pelan.
“kalian belum puas kuhajaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrr..” teriak Jo seraya melompat dan berhasil menapok salah satu muka dari tiga pemuda tersebut dengan telapak sepatunya yang keras. Dua lainnya yang mengetahui Jo lari terbirit-birit. Sedang yang satu kesakitan memegang wajahnya seraya mengikuti langkah lari kedua temannya.
Jo kembali meniup poninya tanda kepuasa sendiri, Jo menepuk-nepuk tanganya pelan tanda ~pekerjaan telah beres~
Jo menoleh pada pemuda yang wajahnya memar dan sedikit ada darah di mukanya. Jo terkejut saat dikenalinya tatapan mata itu.
“Luhan ..” batin Jo.
“gwanchana..?” tanya Jo sedikit panik saat melihat keadaan Luhan.
Jo mencoba membantu Luhan berdiri namun segera Luhan menampik bantuan Jo.
~dia masih bersikap sangat dingin~
“ya~.. “ Jo masih mencoba membantu Luhan yang terlihat begitu kesulitan.
“aku bisa sendiri..” ujar Luhan dingin.
“bagaimana bisa kau sendiri..? tsk tsk.. lihat keadaanmu..” Jo tidak peduli dengan sikap dingin Luhan dan terus berusaha membantu Luhan.
Luhan menatp tajam ke arah Jo yang tidak mempedulikan tatapannya.
“rumahku sudah dekat dari sini.. kajja... akan kubersihkan lukamu..” Jo mengajak Luhan pelan
“anniyo..” sela Luhan masih begitu dingin.
“tsk tsk.. aigoo.. kenapa kau keras kepala sekali.. bagaimana bisa orang pulang dengan keadaan seperti ini.. Ya~..” Jo sedikit berteriak pada Luhan dan tidak peduli reaksi Luhan segera membantu Luhan berjalan dan membawanya menuju rumahnya.
Luhan sedikit terkejut 
~bagaimana bisa seorang wanita berani berteriak padaku,, bukankah dia gadis bodoh yang aku temui disekolah tadi pagi..?? bagaimana bisa dia menolongku..?? wah.. gadis ini benar-benar.. jeongmal...~ batin Luhan terus menggerutu saat Jo membatunya berjalan namun Luhan tidak bisa menolak karena kondisinya sendiri.
>>> 
Jo membersihkan pelan luka Luhan. Luhan yang duduk di ruang tamu rumah Jo melihat sekeliling rumah Jo yang benar-benar 5 kali lebih kecil dari rumah meganya.
“mungkin kau merasa malu ditolong oleh orang sepertiku kan..? jangan khawatir,, kejadian memalukan ini akan aku rahasiakan dari sekolah.. “ ujar Jo seraya membersihkan darah yang ada di ujung bibir Luhan.
“ouch..” keluh Luhan saat kulit wajahnya merasa nyeri oleh air dingin dan obat yang berikan Jo.
“appo.?” Jo dengan segera menjauhkan handuk yang dibawanya dari wajah Luhan.
“ya~ bagaimana bisa seorang laki-laki tidak bisa tahan sakit ..” protes Jo cepat.
“mwo..?” Luhan terkejut dengan tanggapan Jo
“tahan sebentar..” uca Jo seraya kembali melanjutkan membersihkan luka Luhan.
Luhan menatap lekat Jo yang benar-benar ada didepan wajahnya. Mata Jo tajam memperhatikan Luka Luhan. Baru kali ini ada yang memperhatikannya seperti itu. Entah mengapa Luhan merasa bingung akan dirinya. Ia merasa sedikit gugup begitu saja. Luhan mengalihkan pandangannya mencoba menahan debara jantungnya. Luhan menyipitkan matanya pada sebuah foto yang terpampang di dinding  rumah Jo.
“bukankah itu kai...?” batin Luhan. “ada hubungan apa gadis ini dengan Kai..?” Luhan semakin penasaran oleh pertanyaan yang tmbul dibenaknya
“sudah selesai..” ujar Jo seraya tersenyum manis didepan Luhan. “besok pasti sudah kering lukamu..” lanjut Jo.
“itu.. Kai..?” Luhan memberanikan bicara karena rasa penasarannya yang amat besar.
Jo melihat ke arah foto yang ditunjuk oleh mata Luhan.
“ah.. uri oppa..” jawab Jo enteng “bukankah dia satu kelas denganmu..?” Jo melanjutkan bertanya
“a.. mm..” jawab Luhan singkat
“tsk.. apa kau bisa berjalan pulang..? keadaanmu.. anni anni anni.. bagaiman cara au ulang kalau begitu..? ottoke..?.. “ Jo memperhatikan seluruh Luka dengan khawatir.
Luhan tersenyum kecil melihat tingkah Jo.
“ini..” Luhan mengeluarkan ponselnya dan menghubungi supir pribadinya untuk segera menjemputnya. ~walaupun Luhan ke sekolah bawa motor sendiri, tapi dia juga punya supir pribadi~
>>> 
“oppa..” Victoria dengan panik keluar dari mobil dan menuju ke arah Luhan yang sudah menunggu didepan rumah Jo didampingi oleh Jo.
“kenapa kau ikut..?” tanya Luhan terkejut
“kudengar kau menyuruhnya menjumputmu.. kau pasti dalam masalah..” jawab Victoria cepat seraya meraih tangan Luhan dan berdiri menyeringai ditengah Jo dan Luhan.
“apa kau sakit..?? bagaimana bisa wajahmu seperti ini..?? kajja kita ke dokter..” ujar Victoria cepat
“gwanchana.. kajja..” seringai Luhan seraya mengabaikan Victoria dan segera masuk ke dalam mobil.
Victoria menoleh ke arah Jo sejenak, Jo tersenyum kecil pada Victoria.
“annyeong..” sapa Jo pelan pada Victoria.
Victoria hendak bicara sampai Luhan memanggilnya “palli Kajja.. “
“ya~.. kita masih ada urusan” ujar Victoria pada Jo seraya berbalik cepat masuk ke dalam mobil.
Mobil melaju perlahan menjauhi rumah Jo, Jo masih berdiri didepan rumah seraya melihat ke arah mobil Luhan yang menjauh
~semoga kau lekas membaik~ batin Jo
~cepatlah masuk rumah,, kau bisa kedinginan diluar~ batin Luhan yang masih melihat Jo dari spion mobilnya.
>>> 
Jo segera berlari keluar kelas saat bel istirahat berbunyi. Ia berlari cepat menuju toilet sekolah.
Luhan berjalan dingin seperti biasa menuju kelas Jo. Langkahnya terhenti saat ia melihat Jo berlari tergesa-gesa. Ia menyipitkan matanya, lalu menarik nafas pelan dan mulai berjalan agak cepat mengikuti langkah Jo. Luhan menghentikan langkahnya dan berdiri bersandar pada dinding luar toilet perempuan.
~apa yang dia lakukan didalam..? kenapa lama sekali..?~ batin Luhan menunggu Jo.
Jo keluar dengan wajah leganya.
“noe...??” Jo sedikit terkejut melihat Luhan berada diluar.
Jo menengok ke dalam toilet.
~sudah tidak ada orang...siapa yang dia tunggu?? Apa dia menungguku..??~ batin Jo dengan wajah penasaran.
Luhan bermain dengan pandangannya, kadang ia memandang ke atas, memandang kesamping, menyipitkan matanya, kadang pula berdecak kecil.
“waeyo..?” tanya Jo pelan
Jo memperatikan luka yang ada diwajah Luhan.
“noe gwanchana..?” tanya Jo seraya memegang wajah luhan dan melihat bekas luka memar di sekitar mulutnya.
Luhan tersentak, dengan polosnya Jo memperhatikan bekas lukanya, dan kini Jo terlihat sangat dekat dengan wajah Luhan.
“oppa...” tiba-tiba terdengar suara Victoria mencari Luhan
“kau melihat Luhan oppa..?” tanya Victoria pada salah satu siswi.
“anni..”
Suara kencang Victoria membuat Luhan sedikit panik
~tidak saatnya kau datang~ batin Luhan yang dengan reflek membungkam mulut Jo dengan telapak tangannya dan membawa Jo masuk ke dalam salah satu kamar di dalam toilet putri.
Luhan berdiri begitu dekat didepan Jo masih dengan membungkam mulut Jo, Jo bersandar didinding kamar toilet yang cukup sempit jika ditempati dua orang.
Luhan masih terlihat was-was dengan terus melihat ke arah pintu kamar toilet yang tertutup dan memasang telinga mencoba mendengarkan apa victoria benar-benar semaki dekat atau ia sudah bisa keluar.
Victoria masuk kedalam toilet, ia melihat sekilas salah satu pintu kamar toilet yang tertutup, victoria berdiri didepan cermin toilet.
“wah wajahku terlihat sedikit kusam,, sepertinya aku harus mendapatkan vitamin baru untuk wajahku.. Luhan oppa akan lari jika wajahku seperti ini terus..” ujar Victoria dengan memegang kulit wajahnya.
Luhan masih merasa was-was, ia masih tidak menoleh dan sedikit tidak sadar dengan Jo yang ada tepat didepannya dengan mulut tertutup oleh tangannya.
“Noe.............” Luhan mencoba berbicara sangat pelan bahkan bisa dikatakan berbisik pada Jo namun terhenti  saat menyadari Jo berada sangat dekat dengannya. Jo hanya mengedipkan matanya didepan Luhan. Luhan melepas pelan telapak tangannya. Jo terlihat bernafas lega.
Luhan merasakan kakinya membeku, aliran darahnya terhenti, jantungnya ingin meledak. Ia tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Waeyo..???
Jo menghentikan kelegaanya saat ia menyadari Luhan menatapnya tepat didepannya. Jo merasakan apa yang kini dirasakan Luhan. Mereka sangat dekat dan tak tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Jo mengedipkan matanya cepat
~sadarlah Jo~.. batin Jo
“ya~.. apa dia sudah pergi..?” Jo mencoba memecah suasana dengan bertanya pelan.
Seolah tersadar Luhan mencoba kembali mendengarkan suasana luar ..
Luhan membuka pintu kamar toilet pelan,,
“kajja..” Luhan menggenggam tangan Jo tanpa sadar dan membawa Jo keluar toilet pelan.
“wooohh....” Jo bernafas sangat lega saat ia telah berada diluar toilet menghirup udara luar.
Jo melihat tangannya yang digenggam erat oleh Luhan dan mencoba melepaskannya. Luhan yang juga baru menyadarinya segera melepaskan genggaman tangannya.
“aku kembali dulu..” pamit Jo tiba-tiba
Jo berbalik dan melangkah pelan
“ya~..” Luhan mencoba menghentikan Jo.
Jo menoleh ke arah Luhan
“gomawo...” terucap pelan dari mulut Luhan. Dengan cepat Luhan berbalik dan kembli melangkah dingin dengan kerennya menuju kelasnya.
Jo berjalan ria menuju kelasnya.
~omooo..~ batin Jo, ia menghentikan langkahnya saat dilihatnya Kai berada didepan kelasnya, namun kali ini bukan menunggu Jo seperti biasanya.
~oppa... menyukai gadis itu..?~ batin Jo terkejut, dilihatnya Kai sedang diluarberbincang dengan Victoria. Namun kali ini Kai terlihat berbeda dimata Jo. Walau Victoria mencoba menghindar dari Kai. Kai berusaha untuk dapat terus berbincang dengan Victoria.
>>> 
“ah.. waeyo..??” Victoria mengelak saat Kai mencegatnya masuk
“ya.. kau victoria kan..?”  Kai mencoba menghalangi Victoria.
Victoria menarik nafas panjang
“nhe.. wae..?” tanya Victoria dengan nada tinggi.
“naega... mm.. nae.. kai imnida..” Kai merasa kebingungn harus bicara apa.
Victoria memandang Kai dengan mata sombongnya.
“aku melihatmu kemarin,, dan aku melihatmu tadi keluar dari kelasku..”
“kelasmu..?”
“nhe..~ angkatan tiga..”
“ah... aku ke sana tidak mencarimu..” ujar Victoria masih dengan sombongnya
“arasso... hajiman,,, mm..” Kai kesulitan untuk mengutarakan maksudnya
“waeyo..?” Victoria berbicara cukup keras.
“kau menarik perhatianku tadi..” Kai mencoba untuk jujur.
“apa aku menyukaiku..?” tanya Victoria secara langsung, bahkan dengan nada arrogan
“mwo..?”
“baiklah.. kalau tidak.. lagi pula aku juga tidak menyukaimu..” Victoria mencoba pergi dari depan Kai
“ya.. ya`.. ya~..” Kai mencoba menghalangi Victoria
“mwogere..?” Victoria kini merasa sedikit kesal
“naega.. nae...” kai kembali merasa sangat sulit untuk bicara bahwa dia menyukai Victoria.
“nae.. Luhan oppa Chuaa..,, kereosso.. Ga..” ujar Victoria dengan entengnya .
“hajiman...”
“nae,, Luhan oppa yeojachingu.. aku juga calon istri Luhan oppa.. “
“hajiman.. sepertinya Luhan tidak menyukaimu..”
“Luhan oppa hanya bisa denganku,, dia hanya boleh denganku.. arasso..? palli Ga..” Victoria segera pergi dari hadapan kai dengan arrogannya.
Kai menelan ludah pelan lalu berbalik dan berjalan menuju kelasnya.
Langkahnya terhenti karena sebuah langkah mungil didepannya. Kai mengangkat pandangannya
“oppa...” terlihat Jo dengan senyum lebarnya.
“Jo-ah..” jawab kai sedikit lesu
“waeyo..?”
“anniyo..”
“oppa.. aku melihat semuanya tadi..” ujar Jo pelan.
Kai hanya tersenyum kecil
“oppa.. , kalau oppa menyukainya ,, kau harus berusaha mendapatkan hatinya.. “
“dia tidak tertarik pada oppa..”
“oppa...” Jo berteriak pada Kai “ sejak kapan uri oppa patah semangat seperti ini..,, lagi pula dia belum menjadi milik siapa-siapa.. oppa.. dengan kegigihanmu dia mungkin bisa berpaling padamu..” ujar Jo
“jeongmal..?”
“ya~.. oppa Fighting..” Jo mencoba memberi semangat pada Kai.
“aigooo..kau sudah semakin dewasa..” ujar Kai seraya mengacak rambut Jo
“YA~...” Jo mengelak keras..
Kai hanya tertawa melihat Jo begitu kesal karena dirinya.
>>> 
Seperti biasa, Jo berjalan menyusuri setapak seoul dengan perut kenyang menuju rumahnya.
Jo menghentikan langkahnya saat dilihatnya Luhan berdiri bersandar di tiang listrik dekat rumahnya, ia memakai syal tebal karena cuaca dingin malam itu,
Jo berjalan mendekati Luhan
“waeyo..?” Jo bertanya tiba-tiba membuat Luhan sedikit terkejut meliht kedatangan Jo
“aku menunggumu” balas Luhan cepat
Jo menyipitkan matanya. Seakan mengerti apa yang ingin ditanyakan Jo, Luhan segera meraih tangan Jo dan membawanya berjalan menuju taman bermain kecil tak jauh dari rumah Jo.
Luhan duduk di salah satu dari dua ayunan yang ada ditaman bermain tersebut, Jo mengikuti Luhan dengan rasa penasarannya. Jo duduk di satu ayunan lain yang terletak tepat disebelah ayunan yang diduduki oleh Luhan.
“bukankah ini menyenangkan..?” tanya Luhan seraya menggerakkan ayunannnya. Luhan berayun dengan senyum lebar dibibir kecilnya.
Jo tercekat melihat senyum Luhan tersebut, ~senyum itu kembali~ senym yang dijumpai Jo 2 tahun lalu, Jo benar-benar yakin bahwa Luhanlah orang yang dicari Jo selama ini. Senyum terhangat yang pernah Jo dapatkah dulu kini benar-benar ia lihat didepan matanya, bersama dirinya senyum tersenyum terbang, bersama dirinya senyum tersebut ada, Jo berharap dirinyalah yang melukis senyum tersebut. Jo benar-benar terpukau oleh Luhan.
“waeyo..?” Luhan bertanya pada Jo saat menyadari Jo memperhatikannya lekat (masih dalam keadaan berayun)
“anniyo... hanya saja..” Jo mulai ikut menggerakkan ayunannya dan berayun bersama Luhan
“wae..?” Luhan kembali bertanya
“senyumanmu mengingatkanku pada seseorang.. “
“nuguya..?”
“hanya seseorang yang kebetulan kutemui dijalan”
“mwo..?”
“aku .. aku bertemu seseorang ditengah jalan 2 tahun yang lalu, ia mengambil ulat yang ada di kepalaku.. ia tersenyum sehangat matahari,,ia benar-benar terlihat seperti kau.. jeongmal,, saat aku bertemu denganmu pertama kali di sekolah kau benar-benar sedingin malam ,, itu membuatku berpikir ~ah.. kau bukan dia~..tapi kali ini senyummu benar-benar sehangat matahari,, dan itu membuatku berpikir bahwa kau benar-benar orang itu.”
“aku kehilangan orang tuaku 2 tahun yang lalu.” Luhan menghentikan ayunannya
Jo mengikuti Luhan berhenti.
“aku benar-benar tidak bisa tersenyum setelah itu.. tidak sampai aku bertemu denganmu..” Lanjut Luhan seraya beralih menatap Jo
Jo menelan ludahnya pelan.
Luhan berdiri dari ayunannya dan mendekat ke arah Jo, duduk dengan salah satu Lutut di atas tanah tepat didepan Jo.
Jo merasa jantungnya benar-benar meledak kali itu, ia bahkan tidak bisa berkata saat melihat Luhan tepat didepannya.
Luhan menggenggam kedua tangan Jo.
“saranghae..” Luhan mendekat ke arah Jo dan mencium Jo pelan.
>>> 
Victoria menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat ia melihat Luhan mencium Jo. Victoria merasa ia tak dapat kembali bernafas saat melihatnya. Airmatanya jatuh begitu saja. Ia hanya mencoba mengikuti kemana Luhan akan pergi. Tak disangkanya ia akan melihat hal yang diinginnya.
Victoria menjauh dari tempat dimana ia melihat Luhan dan Jo. Victoria melangkah gontai di setapak jalanan seoul. Ia duduk di bangku pinggir jalan dan menangis dengan sendirinya.
Kai berjalan pulang seusai bekerja. Kai merapatkan jaketnya karena suasana dingin malam itu,
Kai berhenti tepat di depan seorang gadis yang sedang menangis seorang diri di pinggir jalan.
“victoria..?” Kai mencoba meyakinkan penglihatannya.
Victoria yang melihat Kai didepannya semakin mengeraskan tangisannya. Kai segera duduk disamping Victoria. Kai mencoba menenangkan Victria. Kai memeluk Victoria erat. Merasa mendapat tempat bersandar, Victoria semakin mengeraskan tangisannya di pelukan Kai.
“oppa....”
“ya~.. gwanchana..” Kai berusaha menenangkan Victoria
“nae jeongmal Luhan oppa chuaa.. jeongmalyo...” Ujar Victoria disela-sela tangisannya
~jadi kau menangis karena Luhan?~ batin Kai terbakar melihat gadis yang disukainya menangis didepannya karena pria lain. Sia yang berani membuatmu menangis... kenapa Luhan.. kenapa kau harus menyukai Luhan... Kai benar-benar tersayat melihat airmata Victoria.
Kai meneteskan airmata melihat tangisan Victoria.
“ottoke oppa..?” Victoria kembali bersedu di pelukan Kai.
“Gwanchana.” Kai menenangkan Victoria pelan.
Akan kupastikan Luhan membayar airmatamu.. Kai terlihat benar-benar marah
>>> 
Luhan selalu mengembangkan senyum di kelas, ia memainkan pensilnya dengan mata berbinar. Entah apa yang disampaikan oleh guru didepan kelas, yang ada dikepalanya hanya Jo.
Bel pulang berbunyi, Luhan merapikan ranselnya dengan senyum.
Kai datang menghampiri Luhan, mata Kai yang dipenuhi amarah, mata srigala yang siapa menerkam Luhan.
Kai menarik baju belakang Luhan. Luhan segera meningkirkan tangan orang yang menariknya dari belakang. Luhan mencekram erat tangan orang yang ada dibelakangnya. Luhan melepaskan cengkramannya karena mengetahu Kai yang melakukannya.
Kai dengan sigap menarik kera baju Luhan .
“noe..” Kai berteriak keras didepan Luhan. Kai menghantamkan kepalan tangannya tepat di pipi kanan Luhan, darah keluar dari bibir bawah sebelah kanan Luhan. Luhan hanya diam saat kai memukulinya.
“apa yang kau lakukan pada Victoria..?” Kai penuh amarah.
“kenapa kau membuatnya menangis..?”
Luhan menahan sakit wajahnya, ia tetap menahan pukulannya karena mengetahui bahwa Kai adalah kakak Jo.
“kenapa kau menolaknya..??? kau tahu dia sangat menyukaimu..?? arayo...?” Kai terus berteriak didepan Luhan
“kau menyukainya bukan..??? “ Luhan mencoba bertanya dengan suara pelan menahan sakit
“victoria sangat menyukaimu.. kenapa kau membuatnya menangis..??? kenapa kau melukainya..??? kau tahu betapa dia menyukaimu..??? bagaimana bisa laki-laki sepertimu membuatnya menangis...?? YA~~...” Kai tak peduli pertanyaan Luhan dan terus menyerangnya
“kau menyukainya..dan aku menyukai orang lain..” Luhan masih mencoba rasa sakit ada memar di wajahnya.
Semua siswa tidak ada yang berani melerai karena mengetahu siapa Kai dan siapa Luhan.dua siswa yang paling ditakuti di sekolah.
“mwo..?? kau masih berani bicara menukai orang lain..??? “ Kai kembali melemparkan pukulannya. “siapa yang lebh baik dari Victoria..?? HAH..????? wanita mana yang lebih baik dari pada dia..??? TIDAK ADA WANITA YANG LEBIH BAIK DARI VICTORIA ARAYO..?????”
Luhan menahan kepalannya cukup lama. Ia akhirnya melepaskan pukulannya saat Kai berteriak tentang wanita yang disukainya. Luhan memukul wajah Kai dengan keras.
Jo berlari menerobos kerumunan saat ia mendengar Kai dan Luhan terlibat pertengkaran.
“hentikan....” Jo berteriak pada Luhan yang siap kembali melemparkan pukulan untuk kesekian kalinya pada wajah Kai yang sekarang terlihat memar dan sedikit berdarah di sekitar bibirnya.
Luhan mengarahkan pandangannya pada Jo kemudian menurunkan tangannya yang siap memukul Kai. Luhan melangkah mundur dari Kai.
“noe... apa yang kau lakukan..??” Jo bertanya dingin pada Luhan
Luhan hanya diam, ia bahkan tak melihat ke arah Jo.
“oppa.... gwanchana??” Jo bertanya pada Kai. Jo segera membantu Kai berdiri dan memapahnya berjalan.
Jo menghentikan langkahnya saat akan meninggalkan lokasi kejadian bersama Kai.
“kau tahu betapa berhaganya uri oppa ....????” Jo bertanya dingin (posisi membelakangi Luhan).
Kai mengarahkan pandangannya pada Jo begitu juga dengan Luhan.ia kini melihat punggung Jo begitu dingin padanya.
“sekarang,, mulai sekarang,, kita akhiri semua... kau dan aku” Jo segera melanjutkan memapah Kai yang benar-benar terkejut mendengar apa yang dikatakan Jo.
Luhan tercekat mendengar penuturan Jo.  Ia segera mengambil reneselnya dan berjalan cepat bahkan melewati Jo dan Kai yang berjalan agak pelan. Jo kembali menghentikan langkahnya saat dilihatnya Luhan berjalan cukup tertatih dengan cepat dan menuju motornya. Jo menghembuskan nafas panjang.
Kai melihat ke arah Jo yang benar-benar kacau.
>>> 
Jo membersihkan pelan luka Kai. Jo membasuh pelan memar yang ada di pipi Kai. Kai segera meraih pergelangan tangan Jo.
“kau dan Luhan..??” Kai mencoba bertanya pada Jo.
“gwanchana oppa.. semua sudah berahir..” Jo mencoba tersenyum menjawab pertanyaan Kai.
Kai tercekat dan teringat apa yang ia katakan terakhir kali pada Luhan, yang membuat Luhan marah dan memukulnya.Kai menelan ludah pelan saat menyadari betapa bodohnya dia. Bukan orang lain, bukan wanita lain tapi adiknya sendiri.
“oppa... kau lebih berharga dari apapun.. jagalah dirimu..” Jo meneteskan airmata saat melanjutkan merawat luka Kai.
>>> 
(play OST => EXO-baby don’t cry)
Pukul 00:30 ; Jo’s House
Jo benar-benar tak dapat airmatanya. Ia manahan suara tangisnya agar Kai tak mendengarnya.
Kai melihat betapa kacauya mata Jo. Betapa ia begitu kehilangan Luhan.
Jo menarik nafasnya dalam.
~waeyo..?~ batin Jo pelan.
Pukul 00:30 ; Luhan’s House
Luhan duduk di atas lantai bersandar pada ranjang tidurnya. ia menyandarkan kedua lengannya pada kedua lututnya.
Pintu kamar yang tak ditutupnya membuat victoria dengan mudah masuk ke dalam kamarnya
“oppa.. ku dengar Kai memukulmu..?? gwanchana..?” Victoria berlari menuju Luhan.
Langkah victoria terhenti saat ia melihat mata merah Luhan, ia melihat tetesan air mengalir perlahan dari mata Luhan
“oppa..” Victoria memanggil Luhan perlahan
Luhan segera bangkit.
“Kai sangat menyukaimu..pergilah.. aku ingin tidur” Luhan segera membaringkan tubuhnya membelakangi Victoria yang masih berdiri tercekat melihat Luhan
“oppa no jeongmal Jo chuaa..??” Victoria mencoba bertanya pelan.
Luhan yang masih tersadar hanya diam dan menarik nafasnya pelan.
Victoria melangkah mundur dan kemudian pergi
~dia sangat menyukainya.. Luhan oppa sangat menyukai Jo.. Kai oppa.. dia memukul Luhan oppa untukku..??? anwae..maldho anwae..~ batin Victoria.
>>> 
Luhan membawa motornya pelan mengikuti langkah Jo menuju sekolah. Jo bahkan tak menyadari Luhan ada dibelakangnya mengawasi langkahnya. Jo bahkan tak dapat mendengar apapun, suara kebisingan kendaraan hanya angin di telinganya, ia bahkan tak apat melihat lurus kedepan. Hanya ada Luhan di pikirannya.
Kaki Jo menabrak sebuah batu yang ada didepannya. Ia hampir akan terjatuh. Jo benar-benar terkejut dan tersadar untuk kemudian kembali berjalan. Begitu juga dengan Luhan ia benar-benar terkejut saat dikiranya Jo akan terjatuh, Luhan segera enghentikan motornya dan membuka helmnya. Pandangannya mengikuti langkah Jo.
>>> 
Luhan menyandarkan tubuhnya pada dinding salah satu korido sekolah, ia tahu saat istirahat kelas Jo selalu melewati koridor tersebut.
Jo berjalan pelan melewati koridor tersebut. Luhan segera mencegatnya dan berdiri di depannya, Luhan mengamati kaki Jo pelan
“kakimu.. gwanchana..??” Luhan bertanya pelan
“waeyo..?” Jo bertanya dingin pada Luhan.
Luhan tercekat, dan memandang tajam Jo.
Jo merasa tak perlu ada pembicaraan lagi. Jo segera berlalu melewati Luhan. Luhan menahan Jo, ia menggenggam erat pergelangan tangan Jo, dan kemudian menariknya dalam pelukannya. Jo terkejut dan segera melepaskan dirinya dari Luhan.
Jo menajamkan pandangannya pada Luhan lalu menampar pipi Luhan.
“mwogere..??? kau.. kau benar-benar tak tahu malu..” Jo bukan hanya menampar pipi Luhan tapi juga menampar perasaan Luhan dengan perkataan kerasnya dan meninggalkan Luhan dengan dinginnya
>>> 
“oppa.. kau sudah pulang..?” Jo bertanya pada Kai yang lebih dulu tiba dirumah
“ah... ye..” Kai mencoba tersenyum menjwab pertanyaan Jo.
Kai begitu khawatir pada Jo. Ia terus memperhatikan Jo saat Jo berjalan menuju kamarnya.
Kai menarik nafasnya panjang lalu berjalan menuju kamar Jo.
“Jo-ah..” Kai memanggil Jo.
“hmm..?”
“Luhan...” Kai menghentikan ucapannya
“gwanchana oppa.. aku sudah berakhir dengannya” jawab Jo dengan senyuman terpaksanya.
“anniyo...”
“mm..??”
“dia sangat menyukaimu..”
Jo tercengang mendengar perkataan Kai.
“dia sangat menyukaimu...” Kai melangkah mendekati Jo “dia benar-benar menyukaimu..”
“dan aku sangat menyukai oppa... dia teah memukul oppa..”
“dia memukul oppa karena kau.. karena Luhan sangat menyukaimu..mianhe..” Kai memeluk Jo
“oppa.. jeongmal molla.. kau dan Luhan.. oppa hanya menyuruhnya menyukai victoria..”
“bukankah oppa menyukai victoria...??” Jo menyipitkan matanya
“oppa sangat egois mungkin,, oppa hanya ingin victoria bahagia, bahkan oppa lupa dengan kebahagiaanmu.. mianhe..” Kai menundukkan kepalanya didepan Jo.
“oppa....” Jo merasa nafasnya tersengal setelah menyadari semuanya. “oppa..” Jo berdiri pelan
“oppa.. aku akan segera kembali.” Jo segera berlari meninggalkan Kai.
Jo berlari cukup kencang menyusuri setapak seoul
>>> 
Jo menarik nafasnya .. ia mengatur nafasnya karena berlari cukup kencang, ia berdiri tepat didepan rumah Luhan.
“maaf nona.. ada yang bisa saya bantu..?” tanya penjaga depan rumah
“Luhan.. aku mencari Luhan..”
“Tuan muda tidak ada dirumah..”
“dimana dia..?” Jo bertanya masih dengan nafas tersengal
“maaf nona, saya tidak tahu “ jawab penjaga rumah sopan.
Jo segera berlari kembali menuju sekolah,, ia mencari Luhan disetiap sudut sekolah yang masih ada beberapa anak yang belum pulang. Jo tak mendapati Luhan disekolah..
Jo teringat taman dimana Luhan dan Jo bersama. Jo kembali berlari menuju taman tersebut. Josampai tepat ditengah taman, ia mengatur nafasnya. Ia melihat sekeliling taman. Benar-benar tak ada orang.
Jo terduduk tepat ditengah taman. Ia terlihat kelelahan, bukan hanya kakinya yang lelah, mata, perasaanya, pikirannya, ia terlalu panik dan terlalu lelah.
“ottoke..?” desah Jo pelan.
“Kai bilang kau mencariku..” suara Luhan dengan nafas tersengal-sengal karena berlari setelah menerima telfon dan Kai dan mendengar bahwa Jo mencarinya.
Jo benar –benar terkejut dan segera berdiri lalu menoleh kebelakang. Dilihatnya Luhan menahan Lututnya dengan nafas tersengal. Luhan kembali berdiri tegak saat Jo melihatnya, Luhan masih dengan nafas tersengal tersenyum ke arah Jo.
“Luhan-a..” Jo berkata lirih..
Luhan masih mengatur nafasnya, Jo segera berlari ke arah Luhan . Luhan meraih Jo ke dalam pelukannya.
“ :-D “ Luhan benar-benar tertawa saat Jo benar-benar datang padanya.
“ :-D “ begitu pula dengan Jo.
(play OST => EXO- 3.6.5 #part..... “oh oh oh oh- 3-6-5 I’ll grab your hand
oh oh oh oh- 3-6-5 I won’t let it go...oh oh oh oh- 3-6-5 No matter what pain it is
oh oh oh oh- 3-6-5 I will make you forget about it
3-6-5 I will protect you")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar