PART 3
WUJUD BAHAGIA
Aku melihat Gadis perlahan membereskan dunianya yang porak poranda
karena Angin. Ia terlihat sangat kuat. Gadis mengambil puing-puing lukanya
dengan kedua tangannya. Ia merapikan kembali pecahan tawa, keceriaan, dan
senyum yang diberikan oleh Angin menjadi buket kenangan yang amat indah. Ia
susun perlahan ruang hatinya yang sempat amat berantakan. Menjadi sangat rapi
hingga siapapun yang melihatnya tidak akan mengetahui bahwa sosok semungil
Gadis pernah amat terluka lebih dari bayangan siapapun. Aku mendekat kearah Gadis,
“Kau benar tak apa ?” tanyaku padanya
“Aku sungguh tak apa” Jawab Gadis
“Apa kau masih menunggu Angin?”
“Apa yang kau harapkan darinya ?”
“Bahkan jika dia kembali, mungkin dia juga hanya akan kembali merusak kepingan
luka yang telah kau sembuhkan, dan mungkin lukamu akan semakin besar…” Aku
terus bertanya pada Gadis.
Gadis menatap tepat ke arah dua mataku, “Bahkan jika Angin kembali hanya
untuk mengukir luka baru dalam duniaku, aku akan tetap membiarkannya kembali.
Bahkan jika seribu kali ia kembali hanya untuk membentuk ukiran luka. Akan
kuabadikan semua lukanya sebagai kenangan terindah tentang dirinya”
Apa yang bisa aku lakukan jika Gadis telah memberikan izin pada Angin
untuk datang dan pergi sesuka hati dari dunia Gadis. Bukankah ini sebuah
kebodohan besar? Lalu aku bisa apa jika Gadis telah memilih demikian? Apa yang
harus kulakukan untuk menyadarkan Gadis?
Gadis seperti sihir tampaknya dapat membaca semua yang ada dalam
benakku. Ia memelukku perlahan dan berbisik pelan kearahku.
“Aku memilih untuk bodoh, aku memilih untuk percaya, aku memilih untuk
terluka, dan aku memilih Angin. Bukankah manusia akan bahagia dengan pilihan
yang ia suka, meski kebahagiaan itu berupa sebuah luka”
Sejatinya, Gadis tahu bahwa dirinya akan terluka, tapi ia tetap memilih
Angin. Gadis tahu bahwa suatu kebodohan ia memilih untuk terluka, tapi ia tetap
memilih Angin. Gadis tahu bahwa ia akan semakin terluka ketika ia memutuskan
untuk percaya, namun ia sekali lagi tetap memilih Angin. Itulah kebahagiaanya.
Aku tersadar bahwa bahagia adalah pilihan semua manusia. Namun sumber
bahagia wujudnya tak selalu sama, ada yang berwujud kepuasaan, keceriaan,
penghargaan, pengakuan, kekuatan, tawa, bahkan ada pula yang berwujud sebuah
luka.
“Bukankah manusia selalu
memilih untuk bahagia ?
Akupun memilih untuk bahagia
Meski wujud bahagiaku berupa
luka”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar