(Part 1)
AKU..?
Kau tahu? Terkadang keinginan kita tidak sejalan
dengan langkah kita. Kali ini aku mengamati sosok gadis yang duduk di bangku
taman tepat di depanku. Aku mengamati semua gerak-geriknya. Dari dia yang
mengeluarkan sebuah buku dari dalam totebagnya, membaca sendiri rentetan
tulisan dalam buku itu, hingga dia yang tertawa sendiri ketika menemukan hal
kecil yang sesuai dengan selera humornya. Terlihat sangat asyik seolah-olah
dunia ini hanya miliknya. Aku melihat mata yang penuh dengan binar kepercayaan
diri. Senyumnya mengembang tiap kali ia menemukan hal menarik di sekitarnya. Ia
tak pernah terusik dengan semua kekacauan yang lalu lalang di dekatnya. Aku bahkan
sempat tersenyum melihat keceriaan gadis tersebut.
Dalam hitungan detik matanya membeku. Aku dapat
melihat dengan jelas ia mulai goyah, terusik dengan sebuah sapaan, pertanyaan,
dan uluran tangan. “Bagaimana bisa ia mengacau logika dalam duniaku?” pertanyaan
itulah yang sejenak dapat kulihat terlintas dalam benak gadis ceria itu. Dan aku
menemukan sebuah kebodohan ketika aku melihat gadis itu menerima uluran tangan
sosok tanpa nama. Berjam-jam sosok itu memompa keceriaan berlebih dalam tawa
gadis itu. Tapi aku merasa terganggu dengan pemandangan didepanku. “Jangan
Hiraukan !, gadis itu terlihat lebih berwarna..” aku mencoba untuk tetap diam
dan turut tertawa mengiringi drama indah yang terlihat jelas di depanku.
Dunianya kini terisi dengan begitu banyak rasa. Bahagia,
sedih, tawa, tangis, cahaya, hingga hujan. Gadis itu selalu tersenyum pada
sosok tanpa nama yang mampu sibuk membentuk narasi dalam dunianya. Aku melihat
tatapan teduh sang gadis pada sosok tanpa nama tersebut. Aku merasakan
ketulusan dan perjuangan. Hingga saat kutatap lebih dalam mata gadis itu,
kudapati dinding yang retak. Aku menghembuskan nafas pelan dan memejamkan
mataku, hingga saat kubuka kembali aku melihat sosok ceria itu sedang
meneteskan air matanya. Dunianya yang kokoh akan logika kini menjadi puing perasaan
fana. Aku kemudian menyalahkan diriku sendiri karena aku menikmati kebahagiaan
dan berharap lebih dengan cerita yang terputar di depanku. Kini aku tak lagi
melihat keceriaan dalam binar senyumnya.
Ia tersenyum pada setiap orang yang datang mendekat ke
arahnya. Tapi iapun menunduk dan berharap lebih pada sosok tanpa nama untuk
kembali. Ia kembali tersenyum pada setiap tangan yang mengulur padanya. Tapi iapun
menunduk untuk mengumpulkan energi agar dapat kembali pura-pura bahagia. Ia tersenyum
pada setiap sapaan yang dilontarkan padanya. Tapi iapun menunduk dan memegang
dadanya yang sesak penuh luka. Ia tersenyum pada setiap tawa yang diarahkan
padanya. Tapi ia kembali menunduk, menunduk, menunduk dan sakit seorang diri.
Aku tersadar, ia bukan sosok kuat yang terlihat. Ia hanya
sosok gadis biasa yang jika tersakiti pun ia akan runtuh. Aku masih mengamati
gadis itu, yang kini dunianya menjadi dua warna, bahagia dan senduh. Aku tersenyum
kecil sekaligus meneteskan air mata pelan. Bagaimana bisa sosok mungil itu
dapat bertahan menggenggam dua dunia dalam senyumnya dan dalam tangisnya.
“ Haruskah aku cerita…
Tentang sosok raga manusia
Mengintip dan perlahan mendekat bertanya
Waw, pertanyaanya mampu mengusik logika
Lalu kemudian mengacau dan membentuk sebuah rasa
Ketika terukir bait-bait cerita, langkahnya sirna
Angin membawa pergi bau khas tubuhnya
Apakah aku hanya temlat singgah ?
Tak ingin mataku terbuka
Diam.. dan membiarkan semua kepalsuannya menjadi nyata
Aku terluka
Tapi aku tak apa
Aku tak apa
Tapi aku terluka
Dan kini, aku membiarkan aku memegang harap dalam
sebuah kisah yang penuh luka”
Aku masih sungguh tak mengerti dengan diriku. Kenapa aku sangat tertarik
dengan sosok gadis mungil yang hanya aku temui dalam hitungan detik. Aku bukan
analis manusia yang hobby meneliti setiap gerik manusia, yang pekerjaanya
menganalisis permasalahan sosial yang terjadi di sekelilingnya. Aku pun
beranjak dari tempat dudukku dan mencoba mencari jawaban atas rasa pensaranku. Aku
perlahan mendekat kearah gadis tersebut.
Langkahku tetiba terhenti, tanganku gemetar, sendiku mati rasa, aku tak
percaya dengan apa yang kutemukan didepanku. Aku menjumpai cermin besar
membingkai sosok gadis yang sedari tadi mengusik perhatianku.
Aku ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar