Senin, 19 November 2018

PART 2 - SENGAJA ~ (ANGIN DAN BAU KHAS TUBUHMU)


PART 2
SENGAJA
Betapa ngerinya sebuah pertemuan yang terjadi tanpa kesengajaan. Begitulah pertemuan antara Gadis dengan sosok tanpa nama yang bisa kau panggil dengan sebutan “Angin”. Kenapa Gadis selalu memanggilnya dengan nama Angin. Sejatinya seperti angin, dia terlihat sangat bebas. Tanpa memikirkan hari esok, dia ikuti kemana kata hatinya membawanya pergi. Dia dan semua tentangnya laksana angin bagi Gadis. Angin sejenak menyapanya, namun dengan cepat pergi meninggalkannya. Tapi masih sangat bisa ia rasakan kehadirannya. Bagimana bisa kita berpijak di atas bumi ini tanpa merasakan hembusan angin disekitar kita. Begitulah Gadis, selalu merasa Angin ada disekitarnya.
Gadis tak sengaja bertemu Angin. Gadis hanya berdiri dan menikmati dunianya seorang diri, namun Angin berhembus dan mengisi dunia Gadis. Sungguh sangat tidak disengaja. Kenapa Angin harus melewati dunia Gadis. Padahal dunia Gadis sudah sangat penuh dengan tawa dan keceriaan. Kenapa Angin harus datang dan memporak-porandakan dunia Gadis. Dan kemudian pergi.
Dalam dunianya yang porak poranda Gadis tetap dapat tersenyum. Ia tak menyesali keputusannya untuk membiarkan Angin sejenak singgah di dunianya. Ia bersyukur dengan tanpa sengaja dapat bertemu dan mengenal Angin. Walau ia sempat marah ketika Angin harus kembali melanjutkan perjalananya. Namun itulah Angin. Ia tidak akan diam dan menetap di satu tempat. Ia akan pergi kemanapun ia mau. Gadis sempat lupa bahwa dia adalah Angin. Gadis sempat berpikir dapat menahan Angin selamanya untuk tetap tinggal di dunia Gadis. Namun Angin tetaplah Angin. Datangnya Angin pada sang Gadis pun bukanlah suatu kesengajaan. Angin hanya mengikuti arusnya, dan tak sengaja masuk ke dalam sela-sela dunia Gadis.
“Kini kau mau bagaimana Gadis ?” Aku bertanya pada Gadis.
“Angin tetaplah angin, dia tak akan kembali ke tempat ia pernah singgah sebelumnya” Aku kembali menegaskan pada Gadis.
Gadis tersenyum melihatku, “tapi aku selalu bisa merasakan kehadiran Angin setiap saat, bahkan ketika aku terlelap sekalipun” jawab Gadis sayup
Itulah jawaban Gadis yang membungkam mulutku. Akupun menyadari bahwa Angin memang tak sengaja mengisi dunia Gadis, namun Gadis dengan sengaja membiarkan dirinya nyaman bersama dengan Angin yang ia tahu tak akan dapat ia miliki dan hanya dapat ia rasakan kehadirannya.
“Aku tak sengaja melihatmu
Aku tak sengaja mengenalmu
Aku tak sengaja berteman denganmu
Namun,
Aku membiarkan diriku sengaja jatuh cinta padamu”

Sabtu, 17 November 2018

PART 1 - AKU..? ~ (ANGIN DAN BAU KHAS TUBUHMU)


(Part 1)
AKU..?
Kau tahu? Terkadang keinginan kita tidak sejalan dengan langkah kita. Kali ini aku mengamati sosok gadis yang duduk di bangku taman tepat di depanku. Aku mengamati semua gerak-geriknya. Dari dia yang mengeluarkan sebuah buku dari dalam totebagnya, membaca sendiri rentetan tulisan dalam buku itu, hingga dia yang tertawa sendiri ketika menemukan hal kecil yang sesuai dengan selera humornya. Terlihat sangat asyik seolah-olah dunia ini hanya miliknya. Aku melihat mata yang penuh dengan binar kepercayaan diri. Senyumnya mengembang tiap kali ia menemukan hal menarik di sekitarnya. Ia tak pernah terusik dengan semua kekacauan yang lalu lalang di dekatnya. Aku bahkan sempat tersenyum melihat keceriaan gadis tersebut.
Dalam hitungan detik matanya membeku. Aku dapat melihat dengan jelas ia mulai goyah, terusik dengan sebuah sapaan, pertanyaan, dan uluran tangan. “Bagaimana bisa ia mengacau logika dalam duniaku?” pertanyaan itulah yang sejenak dapat kulihat terlintas dalam benak gadis ceria itu. Dan aku menemukan sebuah kebodohan ketika aku melihat gadis itu menerima uluran tangan sosok tanpa nama. Berjam-jam sosok itu memompa keceriaan berlebih dalam tawa gadis itu. Tapi aku merasa terganggu dengan pemandangan didepanku. “Jangan Hiraukan !, gadis itu terlihat lebih berwarna..” aku mencoba untuk tetap diam dan turut tertawa mengiringi drama indah yang terlihat jelas di depanku.
Dunianya kini terisi dengan begitu banyak rasa. Bahagia, sedih, tawa, tangis, cahaya, hingga hujan. Gadis itu selalu tersenyum pada sosok tanpa nama yang mampu sibuk membentuk narasi dalam dunianya. Aku melihat tatapan teduh sang gadis pada sosok tanpa nama tersebut. Aku merasakan ketulusan dan perjuangan. Hingga saat kutatap lebih dalam mata gadis itu, kudapati dinding yang retak. Aku menghembuskan nafas pelan dan memejamkan mataku, hingga saat kubuka kembali aku melihat sosok ceria itu sedang meneteskan air matanya. Dunianya yang kokoh akan logika kini menjadi puing perasaan fana. Aku kemudian menyalahkan diriku sendiri karena aku menikmati kebahagiaan dan berharap lebih dengan cerita yang terputar di depanku. Kini aku tak lagi melihat keceriaan dalam binar senyumnya.
Ia tersenyum pada setiap orang yang datang mendekat ke arahnya. Tapi iapun menunduk dan berharap lebih pada sosok tanpa nama untuk kembali. Ia kembali tersenyum pada setiap tangan yang mengulur padanya. Tapi iapun menunduk untuk mengumpulkan energi agar dapat kembali pura-pura bahagia. Ia tersenyum pada setiap sapaan yang dilontarkan padanya. Tapi iapun menunduk dan memegang dadanya yang sesak penuh luka. Ia tersenyum pada setiap tawa yang diarahkan padanya. Tapi ia kembali menunduk, menunduk, menunduk dan sakit seorang diri.
Aku tersadar, ia bukan sosok kuat yang terlihat. Ia hanya sosok gadis biasa yang jika tersakiti pun ia akan runtuh. Aku masih mengamati gadis itu, yang kini dunianya menjadi dua warna, bahagia dan senduh. Aku tersenyum kecil sekaligus meneteskan air mata pelan. Bagaimana bisa sosok mungil itu dapat bertahan menggenggam dua dunia dalam senyumnya dan dalam tangisnya.
“ Haruskah aku cerita…
Tentang sosok raga manusia
Mengintip dan perlahan mendekat bertanya
Waw, pertanyaanya mampu mengusik logika
Lalu kemudian mengacau dan membentuk sebuah rasa
Ketika terukir bait-bait cerita, langkahnya sirna
Angin membawa pergi bau khas tubuhnya
Apakah aku hanya temlat singgah ?
Tak ingin mataku terbuka
Diam.. dan membiarkan semua kepalsuannya menjadi nyata
Aku terluka
Tapi aku tak apa
Aku tak apa
Tapi aku terluka
Dan kini, aku membiarkan aku memegang harap dalam sebuah kisah yang penuh luka”
Aku masih sungguh tak mengerti dengan diriku. Kenapa aku sangat tertarik dengan sosok gadis mungil yang hanya aku temui dalam hitungan detik. Aku bukan analis manusia yang hobby meneliti setiap gerik manusia, yang pekerjaanya menganalisis permasalahan sosial yang terjadi di sekelilingnya. Aku pun beranjak dari tempat dudukku dan mencoba mencari jawaban atas rasa pensaranku. Aku perlahan mendekat kearah gadis tersebut.
Langkahku tetiba terhenti, tanganku gemetar, sendiku mati rasa, aku tak percaya dengan apa yang kutemukan didepanku. Aku menjumpai cermin besar membingkai sosok gadis yang sedari tadi mengusik perhatianku.

Aku ?